makalah frustasi, sters dan penyesuaian diri
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sepanjang masa perkembangan dari
lahir hingga dewasa, kebutuhan-kebutuhan seseorang tidak selalu dapat terpenuhi
dengan lancar.Seringkali terjadi hambatan dalam pemuasan suatu kebutuhan, motif
dan keinginan.Keadaan terhambat dalam mencapai tujuan dinamakan frustasi.
Keadaan frustasi yang berlangsung terlalu lama dan tidak dapat diatasi oleh
seseorang akan menimbulkan stres. Stres adalah suatu keadaan dimana beban yang
dirasakan seseorang tidak sepadan dengan kemampuan untuk mengatasi beban itu.
Seseorang dapat melakukan
bermacam-macam cara penyesuaian diri untuk mengatasi berbagai macam stres. Tiap
orang mempunyai cara-cara penyesuaian diri yang khusus, yang tergantung dari
kemampuan-kemampuan yang dimilki, pengaruh-pengaruh lingkungan, pendidikan dan
bagaimana ia mengembangkan dirinya. Dalam menghadapi stres, seseorang dapat
mengadakan penyesuaian diri secara efektif, yaitu mengarahkan tindakannya pada
sasaran tertentu untuk mengatasi sebab-sebab stres.
Tindakan yang diambil orang yang
mengalami stres kemungkinan hanya berfungsi melindungi diri terhadap
kemungkinan disorganisasi.Tindakan-tindakan ini merupakan tingkah laku yang
sifatnya defensif. Reaksi defensif tidak
diarahkan pada sumber stres sehingga menghabiskan energy secara tidak efisien. Reaksi
defensif juga tidak objektif tetapi subjektif dan emosional (tidak
rasional).Reaksi defensif terjadi secara otomatis atau tidak disadari.
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian frustasi dan kompenen-kompenen
apa saja yang di dalamnya?
2. Mengapa orang bisa mengalami stres dan bagaimana
gejala orang yang mengalami stres ?
3. Bagaimana kaitan penyesuaian diri terhadap stress dan
frustasi ?
1.3
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian frustasi dan
kompenen-kompenen apa saja yang terdapat dalam stress.
2. Untuk mengetahui penyebab stress dan bagaiman gejala
orang yang mengalami stress.
3. Untuk mengetahui kaitan penyesuaian diri terhadap
stress dan frustasi.
BAB II
ISI
2.1
Frustasi
Frustrasi dari
bahasa
Latin frustratio,
yaitu perasaan kecewa
atau jengkel
akibat terhalang dalam pencapaian tujuan.
Frustasi dapat diartikan juga sebagai keadaan terhambat dalam mencapai suatu
tujuan (Markam,2003). Frustasi merupakan suatu keadaan ketegangan yang tak
menyenangkan, dipenuhi perasaan dan aktivitas simpatetis yang semakin meninggi
yang disebabkan oleh rintangan dan hambatan.Frustrasi
dapat berasal dari dalam (internal) atau dari luar diri (eksternal) seseorang
yang mengalaminya. Sumber yang berasal dari dalam termasuk kekurangan diri
sendiri seperti kurangnya rasa percaya diri
atau ketakutan pada situasi sosial
yang menghalangi pencapaian tujuan. Konflik
juga dapat menjadi sumber internal dari frustrasi saat seseorang mempunyai
beberapa tujuan yang saling berinterferensi satu sama lain. Penyebab eksternal
dari frustrasi mencakup kondisi-kondisi di luar diri seperti jalan yang macet,
tidak punya uang, atau tidak kunjung mendapatkan jodoh. Dalam hal hambatan, ada beberapa macam hambatan yang
biasanya dihadapi oleh individu seperti :
-
Hambatan fisik : kemiskinan, kekurangan gizi, bencana alam dan
sebagainya.
-
Hambatan social : kondisi perekonomian yang tidak bagus, persaingan
hidup yang keras, perubahan tidak pasti berbagai aspek kehidupan.
-
Hambatan pribadi : keterbatasan-keterbatasan pribadi individu dalam
bentuk cacat fisik atau penampilan fisik yang kurang menarik bisa menjadi
pemicu frustasi dan stres pada individu.
Seorang psikolog biasanya
menggunakan istilah ini untuk :
1.
Mengetahui keadaan yang timbul apabila terdapat halangan dalam usaha
untuk memenuhi keinginan, kebutuhan tujuan, harapan atau tindakan tertentu.
2. Menyebut hambatan atau halangan itu sendiri.
Keinginan, kebutuhan, tujuan, harapan
dan tindakan tiap orang berbeda-beda.Hal-hal tertentu mungkin membuat orang lai
tidak demikian.Salah satu sebab yang membuat orang frustasi adalah rintangn
fisik, pribadi dan sosial.Frustasi ini juga bisa menimbulkan dua kelompok
diantaranya bisa menimbulkan situasi yang menguntungkan (positif) dan
sebaliknya juga mengakibatkan timbulnya situasi yang destruktif merusak (negatif).Frustasi
dengan demikian bisa memunculkan reaksi frustasi tertentu yang sifatnya bisa
negatif dan positif.
Ø
Reaksi-reaksi Frustasi yang sifatnya Positif
1. Mobilitas dan penambahan aktifitas
Misalnya karena mendapat rintangan dalam usahanya,
maka terjadilah pemanggilan rangsangan untuk memperbesar energy, potensi,
kapasitas, sarana, keuletan dan keberanian untuk mengatasi semua kesulitan.Frustasi
tersebut dengan demikian menjadi stimulus untuk memobilisir segenap energy dan
tenaga hingga mampu menmbus setiap rintangan.
2. Besinnung (berfikir secara mendalam disertai wawasan
jernih)
Setiap frustasi memang memberikan masalah, maka dari
itu kejadian ini memaksa orang untuk melihat realitas dengan mengambil satu
jarak untuk berfikir lebih objektif dan lebih mendalam agar dapat mencari jalan
atau alternative penyelesaian lain.
3. Regignation (tawakal, pasrah pada Tuhan)
Menerima situasi dan kesulitan yang dihadapi dengan
sikap yang rasional dan sikap ilmiah.Semua ini dilakukan jika kita mulai
belajar menggunakan pola yang positif dalam menanggulangi setiap kesulitan
sejak berusia masih sangat muda.
4. Membuat dinamika nyata suatu kebutuhan
Kebutuhan-kebutuhan bisa mengalami lenyap dengan
sendirinya, karena sudah tidak diperlukan oleh seseorang dan sudah tidak sesuai
lagi dengan kecenderungan serta aspirasi pribadi.
5. Kompensasi atau subtitusi dari tujuan
Kompensasi adalah usaha untuk mengimbangi kegagalan
dan kekalahan dalam satu bidang, tapi sukses dan menang di bidang lainnya.Dan
semua itu adalah jalan untuk menghidupkan spirit perjuangan yang agresif dan
tidak mengenal rasa menyerah.
6. Sublimasi
Yaitu usaha untuk mengganti keceYaitu usaha untuk mengganti
kecenderungan egoistic, nafsu seks animalistic, dorongan-dorongan biologis
primitive dan aspirasi sosial yang tidak sehat dalam bentuk tingkah laku
terpuji yang bisa diterima di masyarakat.
Ø
Reaksi-reaksi Frustasi yang sifatnya Negatif
1. Agresi
Yaitu kemarahan yang meluap-luap dan mengadakan
penyerangan kasar karena seseorang mengalami kegagalan.Biasanya ada pula
tindakan sadistic dan membunuh orang.Agresi ini sangat mengganggu fungsi
intelegensi sehingga harga dirinya merosot.
2. Regresi
Yaitu kembalinya individu pada pola-pola primitive dan
kekanak-kanakan.Tingkah laku tersebut didorong oleh adanya rasa dongkol, kecewa
ataupun tidak mampu memecahkan masalah.Tingkah laku di atas adalah ekspresi
rasa menyerah, kalah, putus asa dan mental yang lemah.
3. Fixatie
Merupakan suatu respon individu yang selalu melakukan
sesuatu yang bentuknya stereotype, yaitu selalu memakai cara yang sama. Semua
itu dilakukan sebagai alat pencapaian tujuan, menyalurkan kedongkolan ataupun
alat balas dendam.
4. Pendesakan dan komplek-komplek terdesak
Pendesakan adalah usaha untuk menghilangkan atau
menekankan ketidak sadaran beberapa kebutuhan, pikiran-pikiran yang jahat,
nafsu-nafsu dan perasaan yang negatif.Karena didesak oleh keadaan yang tidak
sadar maka terjadilah komplek-komplek terdesak yang sering mengganggu
ketenangan batin yang berupa mimpi-mimpi yang menakutkan, halusinasi, delusi,
ilusi, salah baca, dll.
5. Rasionalisme
Adalah cara untuk menolong diri secara tidak wajar
atau taktik pembenaran diri dengan jalan membuat sesuatu yang tidak
rasionaldengan tidak menyenangkan.
6. Proyeksi
Proyeksi adalah usaha melemparkan atau memproyeksikan
kelemahan sikap-sikap diri yang negatif pada orang lain.
7. Tehnik anggur masam
Usaha memberikan atribut yang jelek atau negatif pada
tujuan yang tidak bisa dicapainya.
8. Tehnik jeruk manis
Adalah usaha memberikan atribut-atribut yang bagus dan
unggul pada semua kegagalan, kelemahan dan kekurangan sendiri.
9. Identifikasi
Adalah usaha menyamakan diri sendiri dengan orang
lain. Semua itu bertujuan untuk memberikan keputusan semu pada dirinya.
10.
Narsisme
Adalah perasaan superior, merasa dirinya penting dan
disertai dengan cinta diti yang patologis dan berlebih-lebihan.Orang ini sangat
egoistis dan tidak pernah peduli dengan dunia luar.
11.
Autisme
Ialah gejala menutup diri secara total dari dunia
nyata dan tidak mau berkomunikasi lagi dengan dunia luar yang dianggap kotor
dan jahat, penuh kepalsuan dan mengandung bahaya yang mengerikan. Maka bila
tingkah laku yang demikian dijadikan pola kebiasaan akan mengakibatkan bertumpuknya
kesulitan hidup, makin bertambah konflik-konflik batin yang kronis lalu
terjadilah disintregasi kepribadian.
2.2
Stres
Stres adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis,
emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian
seseorang. Bahkan stres dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan
gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stres adalah sebuah bentuk ketegangan,
baik fisik maupun mental. Sumber stres disebut dengan stresor dan ketegangan
yang di akibatkan karena stres, disebut strain.
Menurut Robbins (2001) stres juga dapat diartikan
sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai
suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan
atau penghalang. Dan apabila pengertian stres dikaitkan dengan penelitian ini
maka stres itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik
atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri
seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Menurut Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan
bahwa adanya system kognitif, apresiasi stres menyebabkan segala peristiwa yang
terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai suatu stres berdasarkan arti atau
interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan karena
peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stres adalah suatu persepsi
dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang
menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
Sedangkan menurut Handoko (1997), stres adalah suatu
kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi
seseorang. Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk
menghadapi lingkungannya.
Sedangkan berdasarkan definisi kerja stres, stres
dapat diartikan sebagai:
·
Suatu
tanggapan adaptif, ditengahi oleh perbedaan individual dan atau proses
psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari setiap kegiatan (lingkungan), situasi
atau kejadian eksternal yang membebani tuntunan psikologis atau fisik yang
berlebihan terhadap seseorang.
·
Sebagai
suatu tanggapan penyesuaian, dipengaruhi oleh perbedaan individu dan atau
proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari
luar ( lingkungan ) situasi atau peristiwa yang menetapkan permintaan
psikologis dan atau fisik berlebihan pada seseorang.
Menurut Mason (1971 ) membantah konsep yang mengatakan
bahwa stres hanyalah merupakan badaniah saja. Ditunjukkkannya bahwa daya
adaptasi seseoarang itu tergantung pada faktor-faktor kejiwaan atau psikologiknya
yang menyertai stresor. Stres bukanlah konsep faal saja, lebih banyak dilihat
sebagai konsep perilaku, setiap reaksi organisme terhadap stresor memungkinkan
sekali terlebih dahulu dimulai oleh kelainan perilaku dan kemudian mungkin baru
terjadi akibat faal, kemudian Mason (1976 ) menunjukkan bahwa terdapat pola
hormonal yang berbeda terhadap stresor fisik yang berbeda.
Pada penelitain Wolf dan Goodel ( 1968 ) bahwa
individu-individu yang mengalami kesukaran dengan suatu sistem organ, cenderung
akan bereaksi etrhadap stresor dengan gejala dan keluhan dalam sistem organ
yang sama.Kondisi sosial, perasaan dan kemampuan untuk menanggulangi masalah,
ternyata mempengaruhi juga aspek yang berbeda-beda dari reaksi terhadap stres.
Menurut Selye (Bell, 1996) stres diawali dengan reaksi
waspada (alarm reaction) terhadap adanya ancaman, yang ditandai oleh proses
tubuh secara otomatis, seperti: meningkatnya denyut jantung, yang kemudian
diikuti dengan reaksi penolakan terhadap stresor dan akan mencapai tahap
kehabisan tenaga (exhaustion) jika individu merasa tidak mampu untuk terus
bertahan.
Lazarus (1984) menjelaskan bahwa stres juga dapat
diartikan sebagai:
·
Stimulus,
yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stres
atau disebut juga dengan stresor.
·
Respon,
yaitu stres merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena
adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat secara
psikologis, seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.
·
Proses, yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara
aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah laku, kognisi
maupun afeksi.
Jadi, stres dapat mempengaruhi fisik, psikis mental
dan emosi. Tetapi, stres dapat mempunyai dua efek yang berbeda, bisa negatif
ataupun positit, tergantung bagaimana kuatnya individu tersebut menghadapi stres
atau bagaimana individu tersebut mempersepsikan stres yang sedang dihadapinya.
Gejala-gejala orang yang mengalami stres :
-
Menjadi mudah tersinggung dan marah terhadap teman, keluarga dan kolega.
-
Bertindak secara agresif dan defensif
-
Merasa selalu lelah
-
Sukar konsentrasi atau menjadi pelupa
-
Palpitasi atau jantung berdebar-debar
-
Otot-otot tegang
-
Sakit kepala, perut dan diare.
Stres bersumber dari frustasi
dan konflik yang dialami individu yang dapat berasal dari berbagai bidang
kehidupan manusia.Konflik antara dua atau lebih kebutuhan atau keinginan yang
ingin dicapai, yang terjadi secara berbenturan juga bisa menjadi penyebab
timbulnya stres.
Ada beberapa macam strategi dalam menghadapi stres, yaitu :
ü
Strategi stres
dalam perilaku
1.
Memecahkan
persoalan secara tenang
Yaitu mengevaluasi kekecewaan
atau stres dengan cermat kemudian menentukan langkah yang tepat untuk diambil,
setelah itu mereka mempersiapkan segala upaya dan daya serta menurunkan
kemungkinan berbahaya.
2.
Agresi
Stres sering berpuncak pada
kemarahan atau agresi.Sebenarnya agresi jarang terjadi namun apabila terjadi
hal itu hanyalah berupa respon penyesuaian diri. Contohnya adalah mencari
kambing hitam, menyalahkan pihak lain dan kemudian melampiaskan agresinya
kepada sasaran itu.
3.
Regresi
Yaitu kondisi ketika seseorang
menghadapi stres kembali lagi pada perilaku yang mundur atau kembali ke masa
yang lebih muda (memberikan respons seperti orang dengan usia yang lebih muda).
Menurut penelitian klasik yang dilakukan Roger, Tamara Dembo, dan Kuret Lewin
memperlihatkan bahwa regresi adalah respon umum bila menghadapi frustasi.
4.
Menarik diri
Merupakan respon yang paling
umum dalam mengambil sikap.Bila seseorang menarik diri maka dia memilih untuk
tidak mengambil tindakan apapun.Respon ini biasanya disertai dengan depresi dan
sikap apatis.
5.
Mengelak
Seorang yang mengalami stres
terlalu lama, kuat dan terus menerus maka ia akan cenderung mengelak. Contoh
mengelak adalah mereka melakukan perilaku tertentu secara berulang-ulang.Hal
ini sebagai pengelakan diri dari masalah demi mengalahkan perhatian.Dalam usaha
mengelakkan diri, orang Amerika biasanya menggunakan alcohol, obat penenang,
heroin dan obat-obatan dari bahan kimia lainnya.
ü
Strategi
mengatasi stres secara kognitif
1.
Represi
Adalah upaya seseorang untuk
menyingkirkan frustasi, stres, dan semua yang menimbulkan kecemasan.
2.
Menyangkal
kenyataan
Menyangkal kenyataan
mengandung unsur penipuan diri. Bila seseorang menyangkal kenyataan maka ia
menganggap tidak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan dengan maksud untuk
melindungi dirinya sendiri.
3.
Fantasi
Dengan berfantasi orang sering
merasa dirinya mencapai tujuan dan dapat menghindarkan dari frustasi dan stres.Orang
yang sering melamun kadang-kadang menemukan bahwa kreasi lamunannya itu lebih
menarik daripada kemyataan yang sesungguhnya. Bila fantasi dilakukan secara
sedang-sedang dan dalam kendalian kesadaran yang baik, maka frustasi menjadi
cara yang sehat untuk mengetasi stres.
4.
Rasionalisasi
Rasionalisasi ini dimaksudkan
segala usaha seseorang untuk mencari alasan yang dapat diterima secara social
untuk membenarkan atau mnyembunyikan perilakunya yang buruk.Rasionalisasi juga
bisa muncul ketika seseorang menipu dirinya sendiri dengan berpura-pura
menganggapnya buruk adalah baik atau sebaliknya.
5.
Intelektulisasi
Seseorang yang menggunakan
taktik ini maka yang menjadi masalah akan dipelajari atau mencari tahu tujuan
sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat dengan persoalan secara emosional.
Dengan intelektualisasi seseorang setidaknya dapat sedikit mengurangi hal-hal
yang pengaruhnya tidak menyenangkan bagi dirinya dan memberikan kesempatan pada
dirinya untuk meninjau permasalahan secara subjektif.
6.
Pembentukan
reaksi
Seseorang dikatakan berhasil
menggunakan metode ini apabila dia berusaha menyembunyikan motif dan perasaan
sesungguhnya baik represi atau supresi dan menampilkan wajah yang berlawanan
dengan kenyataan yang dihadapi.
7.
Proyeksi
Seseorang yang menggunakan
tehnik ini biasanya sangat cepat dalam memperlihatkan ciri pribadi orang lain
yang tidak disukai dengan sesuatu yang ia perhatikan itu akan diperbesar-besarkannya
lagi. Tehnik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia
harus menghadapi kenyataan akan keburukan dirinya.
ü
Determinan
strategi mengatasi stres
Menurut penelitian di
laboratorium menunjukkan bahwa menggunakan tehnik untuk mengatasi stres
tertentu dapat ditingkatkan atau dikurangi dengan cara memberi penguatan atau
hubungan. Adanya tantangan, fantasi ketidak puasan dan dukungan orang tua dalam
menghadapi anak stres secara pasti akan sangat berhubungan erat dengan ketakutan
anak ini mengatasi stres dikemudian hari. Psikolog Keister dan Rutn Updegras
memperlihatkan bahwa anak-anak dapat secara aktif untuk mengatasi stres secra
konstruktif. Mereka membuat program untuk anak dan remaja yang bereaksi
terhadap frustasi karena kegagalan dengan cara menangis, menyerah, bergantung
kepada orang lain dan berperilaku agresif. Pada anak seperti ini diberikan
serangkaian tantangan yang diawali dengan paling mudah kemudian perlahan-lahan
meningkat pada yang lebih sulit.
Gaya seseorang menyelesaikan
masalah tergantung pada kebiasaan standar kebudayaan dimana dia
dibesarkan.Tingkatan kognitif juga mempengaruhi strategi seseorang untuk
mengatasi stres.
2.3
Penyesuaian Diri
Selama masa remaja orang mengalami banyak tantangan. Para remaja biasanya dihadapkan pada berbagai
perubahan yang cepat dalam hal berat badan dan perubahan bentuk tubuh,
kematangan seksual, kemampuan kognitif yang baru serta berbagai tuntutan dan harapan dari
keluarga, teman-teman serta masyarakat. Senada dengan itu, lingkungan menuntut serta
mengharapkan yang berbeda pada remaja tersebut.Para remaja tersebut diharapkan
dapat menunjukkan identitas diri dan harus dapat membentuk identitas diri.
Menurut Erikson pada setiap tahapan hidup orang
terdapat empat krisis yang timbul selama masa remaja dan masa dewasa. Empat
tahapan tersebut adalah :
1. Identitas versus kekaburan peran
2. Keintiman versus keterasingan
3. Generativitas (keterlibatan dengan dunia dan generasi
penerus) versus kepentingan diri sendiri, dan
4. Integritas (menerima kehidupan) versus keputusasaan.
Pada awalnya
perkembangan anaka laki-laki cenderung memperlihatkan perilaku yang menimbulkan
kesulitan di sekolah dan di rumah dibandingkan dengan anak perempuan. Tetapi
menjelang remaja, anak perempuan akan lebih banyak menghadapi kesulitan yang
berhubungan dengan kematangan seksual. Dalam hal ini maka anak perempuan
cenderung lebih cepat melakukan penyesuaian diri dibandingkan dengan laki-laki.
Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Diana Baumrind dan glen Elder bahwa pengaruh orang tua
mempunyai hubungan dengan strategi penyesuaian diri selama remaja, terutama
pada remaja laki-laki. Orang tua yang otoritatif, biasanya akan mengajak
anak-anaknya terlibat langsung dalam hal memecahkan masalah dalam keluarga. Tujuan
orang tua mengajak langsung anak-anaknya dalam menyelesaikan masalah keluarga
adalah agar anak-anak diberi kesempatan untuk mengalami setiap kejadian apapun
secara bertahap dibawah orang tua, serta anak-anak diberi kesempatan untuk
mulai bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Anak yang berasal dari
keluarga ini biasanya pada masa remajanya akan memperlihatkatkan rasa percaya
diri yang cukup besar, bebas dan menghargai dirinya sendiri, serta dapat
berkomunikasi dengan anggota keluarga.
Sementara orang tua
yang Ototarian lebih mementingkan hukuman, memaksakan taktik tertentu bila
sedang terjadi suatu konflik yang sedang menimpa anaknya.Mereka mengutamakan
kepatuhan total. Dipihak lain juga ekstrem adalah orang tua yang Laissez faire
(segala perbuatan anaknya dibenarkan, jarang memberika tanggung jawab pada
anak). Remaja yang berasal dari keluraga semacam ini biasanya akan sulit untuk
menyesuaikan diri. Pada masa remaja pengaruh teman sebaya sangat kuat, yang
mana pengaruh ini dapat mengalahkan pengaruh orang tua, meskipun orang tua
telah bersikap mengerti dan menerima serta menolong seluruh angora keluarga.
Secara
berturut-turut, langkah yang dilakukan untuk penyesuaian diri terhadap stresadalah
:
1. Menilai situasi stres, yaitu menggolongkan jenis stres
(kategorisasi) dan memperkirakan bahaya yang berkaitan dengan stres itu.
2. Merumuskan alternatif tindakan yang dapat dilakukan
dan menentukan tindakan yang paling mungkin untuk dilakukan
3. Melaksanakan tindakan adalah langkah yang paling
sungkar.
4. Melihat feedback. Kalau langkah-langkah pertama
berhasil maka diteruskan, kalau tidak segera lakukan alternatif lain.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
·
Frustasi merupakan suatu keadaan ketegangan yang tak menyenangkan,
dipenuhi perasaan dan aktivitas simpatetis yang semakin meninggi yang
disebabkan oleh rintangan dan hambatan.Frustrasi dapat
berasal dari dalam (internal) atau dari luar diri (eksternal) seseorang yang
mengalaminya. Frustasi bisa menimbulkan dua
kelompok diantaranya bisa menimbulkan situasi yang menguntungkan (positif) dan
sebaliknya juga mengakibatkan timbulnya situasi yang destruktif merusak
(negatif).
·
Pada
dasarnya, stres adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental.
Sumber stres disebut dengan stresor dan ketegangan yang di akibatkan karena
stres, disebut strain.
·
Seseorang
dapat melakukan bermacam-macam cara penyesuaian diri untuk mengatasi berbagai
macam stres. Tiap orang mempunyai cara-cara penyesuaian diri yang khusus, yang
tergantung dari kemampuan-kemampuan yang dimiliki, pengaruh-pengaruh
lingkungan, pendidikan, dan bagaimana ia mengembangkan dirinya. Dalam emghadapi
stres, seseprang dapat mengadakan penyesuaian diri secara efektif, yaitu
mengarahkan tindakannya pada sasaran tertentu untuk mengatasai sebab-sebab
stres. Sifat-sifat dan tidakan yang terarah pada sasaran ialah objektif,
rasional dan efektif.
Secara
berturut-turut,langkah yang dilakukan untuk penyesuaian diri terhadap stres
adalah :
a) Menilai situasi stres, yaitu menggolongkan
jenis stres (kategorisasi), dan memperkirakana bahaya yang berkaitan dengan
stres itu.
b) Merumuskan alternatif tindakan yang dapat
dilakukan dan menentukan tidakan ayng
paling mungkin dapat dilakukan.
c) Melaksanakan tindakan adalah langkah yang
paling sukar.
d) Melihat feedback.
DAFTAR PUSTAKA
Ardani, Ardi Tristiadi, dkk. Psikologi Klinis. 2007.
Graha Ilmu : Yogyakarta.
1 Komentar:
Takut Menang Banyak Tidak Dibayar ??
Bergabung Bersama Kami Di Bola206 Situs Betting Online Terpercaya dan Sudah Berpengalaman Dengan Transaksi Besar.
Menang dan Dapatkan Hadiahnya !!
- Bonus Deposit New Member 10 %
- Bonus Deposit Harian 5%
- Bonus Rollingan Casino 1 %
- Bonus Cashback Sportbook dan Sabung Ayam 5 %
- Bonus Referral 2,5 %
Kunjungi Situs Kami Di www,indo206,net
No WA : 081363191417
Line Messenger: agenbola206
Tersedia Bank
- BCA
- MANDIRI
- BNI
- BRI
- DANAMON
ALL BANK ONLINE 24 JAM
Situs Taruhan Bola, Live Casino, Sabung Ayam, Slot Game Gampang Menang Hanya Di Bola206
#agenjudibola #agenjudionline #agenjudi #agenjudionline #agenjudisabungayam #judibola #judibolaonline
#agencasino #agencasinoonline #agencasinoterpercaya #betting #bettingonline #sabungayam
#judisabungayam
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda