Senin, 25 Maret 2013

analisis kasus dari teori frustasi



A.   Teori .
Frustasi merupakan suatu keadaan ketegangan yang tak menyenangkan, dipenuhi perasaan dan aktivitas simpatetis yang semakin meninggi yang disebabkan oleh rintangan dan hambatan.Frustrasi dapat berasal dari dalam (internal) atau dari luar diri (eksternal) seseorang yang mengalaminya. Sumber yang berasal dari dalam termasuk kekurangan diri sendiri seperti kurangnya rasa percaya diri atau ketakutan pada situasi sosial yang menghalangi pencapaian tujuan.
Penyebab eksternal dari frustrasi mencakup kondisi-kondisi di luar diri seperti jalan yang macet, tidak punya uang, atau tidak kunjung mendapatkan jodoh. Dalam hal hambatan, ada beberapa macam hambatan yang biasanya dihadapi oleh individu seperti :
-                          Hambatan fisik : kemiskinan, kekurangan gizi, bencana alam dan sebagainya.
-                          Hambatan social : kondisi perekonomian yang tidak bagus, persaingan hidup yang keras, perubahan tidak pasti berbagai aspek kehidupan.
-                          Hambatan pribadi : keterbatasan-keterbatasan pribadi individu dalam bentuk cacat fisik atau penampilan fisik yang kurang menarik bisa menjadi pemicu frustasi dan stres pada individu.
Frustasi bisa memunculkan reaksi frustasi tertentu yang sifatnya bisa negatif dan positif.
Ø    Reaksi-reaksi Frustasi yang sifatnya Positif
1.    Mobilitas dan penambahan aktifitas
Misalnya karena mendapat rintangan dalam usahanya, maka terjadilah pemanggilan rangsangan untuk memperbesar energy, potensi, kapasitas, sarana, keuletan dan keberanian untuk mengatasi semua kesulitan.
2.    Besinnung (berfikir secara mendalam disertai wawasan jernih)
Setiap frustasi memang memberikan masalah, maka dari itu kejadian ini memaksa orang untuk melihat realitas dengan mengambil satu jarak untuk berfikir lebih objektif dan lebih mendalam agar dapat mencari jalan atau alternative penyelesaian lain.
3.    Regignation (tawakal, pasrah pada Tuhan)
Menerima situasi dan kesulitan yang dihadapi dengan sikap yang rasional dan sikap ilmiah.
4.    Membuat dinamika nyata suatu kebutuhan
Kebutuhan-kebutuhan bisa mengalami lenyap dengan sendirinya, karena sudah tidak diperlukan oleh seseorang dan sudah tidak sesuai lagi dengan kecenderungan serta aspirasi pribadi.
5.    Kompensasi atau subtitusi dari tujuan
Kompensasi adalah usaha untuk mengimbangi kegagalan dan kekalahan dalam satu bidang, tapi sukses dan menang di bidang lainnya.
6.    Sublimasi
Yaitu usaha untuk mengganti kecenderungan egoistic, nafsu seks animalistic, dorongan-dorongan biologis primitive dan aspirasi sosial yang tidak sehat dalam bentuk tingkah laku terpuji.
Ø    Reaksi-reaksi Frustasi yang sifatnya Negatif
1.    Agresi
Yaitu kemarahan yang meluap-luap dan mengadakan penyerangan kasar karena seseorang mengalami kegagalan.
2.    Regresi
Yaitu kembalinya individu pada pola-pola primitive dan kekanak-kanakan.
3.    Fixatie
Merupakan suatu respon individu yang selalu melakukan sesuatu yang bentuknya stereotype, yaitu selalu memakai cara yang sama.
4.    Pendesakan dan komplek-komplek terdesak
Karena didesak oleh keadaan yang tidak sadar maka terjadilah komplek-komplek terdesak yang sering mengganggu ketenangan batin yang berupa mimpi-mimpi yang menakutkan, halusinasi, delusi, ilusi, salah baca, dll.
5. Rasionalisme
Adalah cara untuk menolong diri secara tidak wajar atau taktik pembenaran diri dengan jalan membuat sesuatu yang tidak rasional dengan tidak menyenangkan.
6. Proyeksi
Proyeksi adalah usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan sikap-sikap diri yang negatif pada orang lain.
7. Tehnik anggur masam
Usaha memberikan atribut yang jelek atau negatif pada tujuan yang tidak bisa dicapainya.
8. Tehnik jeruk manis
Adalah usaha memberikan atribut-atribut yang bagus dan unggul pada semua kegagalan, kelemahan dan kekurangan sendiri.
9. Identifikasi
Adalah usaha menyamakan diri sendiri dengan orang lain. Semua itu bertujuan untuk memberikan keputusan semu pada dirinya.
10.      Narsisme
Adalah perasaan superior, merasa dirinya penting dan disertai dengan cinta diti yang patologis dan berlebih-lebihan.Orang ini sangat egoistis dan tidak pernah peduli dengan dunia luar.
11.      Autisme
Ialah gejala menutup diri secara total dari dunia nyata dan tidak mau berkomunikasi lagi dengan dunia luar yang dianggap kotor dan jahat, penuh kepalsuan dan mengandung bahaya yang mengerikan.







B.  Analisis Kasus.
1.   Pria Ini Bunuh Diri karena Frustasi
PEKANBARU- Tim SAR berhasil mengevakuasi jenazah Ahmad Afandi (25) di tepian Sungai Siak, Pekanbaru, Riau. Korban diduga bunuh diri dengan terjun ke sungai karena frustasi tidak bisa melanjutkan pendidikan Strata 2 (S2).
Penemuan jenazah pemuda yang baru lulus sarjana oleh tim SAR itu dibantu masyarakat sekira pukul 10.00 WIB. Jenazah ditemukan di dekat jembatan Siak III Pekanbaru atau sekira 3 kilometer dari lokasi terjunnya Afandi di Sungai terdalam di Indonesia itu.
"Korban ditemukan oleh warga tersangkut kapal dengan posisi telungkup," kata Kapolsek Sektor Kawasan Pelabuhan Pekanbaru, AKP Hermawi, kepada Okezone, Rabu (6/3/2013) di lokasi.
Kapolsek mengatakan bahwa korban terjun  ke Sungai Siak pada Minggu, 3 Maret 2013 sekira pukul 20.00 WIB.
Setelah ditemukan, tim SAR bersama pihak Kepolisian langsung mengevakuasi korban. Selanjutkan korban dibawa ke rumah duka di Perumahan Putri Tujuh,Panam Pekanbaru.
"Motif sesungguhnya mengapa korban nekat terjun masih kita selidiki," imbuhnya.
Analisis:
-          Korban melakukan bunuh diri karena keinginannya untuk melanjutkan ke strata 2 tidak tercapai.
-          Karena keinginannya yang tidak tercapai sehingga dia frustasi.
-          Karene kefrustasianya tersebut, menyebabkan fungsi kognitifnya terganggu.
-          Sehingga timbullah reaksi tindakan negatif dalam bentuk agresi yang sudah tidak memikirkan harga dirinya lagi.
-          Bentuk tindakan agresinya adalah dengan melakukan tindakan sadistik terhadap dirinya sendiri dengan cara menjatuhkan dirinya sendiri ke sungai.






2.   Tak Kuat Hadapi Persoalan, Wanita Paro Baya Gantung Diri di Dapur
Rabu, 20 Maret 2013 18:25:40 WIB
Reporter : Temmy P. 
Sumenep (beritajatim.com) - Maisyaroh (50), warga Dusun Gunung, Desa Tamansare, Kecamatan Dungkek, Kabupaten Sumenep, ditemukan tewas gantung diri dengan seutas tali di dapurnya. Korban pertama kali ditemukan Rukiyah (35), anak korban.
"Tetangga-tetangga kaget mendengar Rukiyah tiba-tiba menjerit keras dan terjatuh pingsan. Ternyata Rukiyah kaget mendapati ibunya sudah mati gantung diri di dapur," kata Purammi (54), tetangga korban.
Ia mengaku tidak tahu persis mengapa Maisyaroh nekat mengakhiri hidupnya dengan gantung diri. Namun diduga kuat, Maisyaroh tengah menghadapi persoalan pribadi yang berat, dan tak kuat menanggungnya. "Sudah tiga bulan ini, Maisyaroh jarang berkumpul dengan tetangga. Padahal biasanya dia aktif kalau ada kegiatan-kegiatan di kampung. Bahkan dia memilih tinggal di sendirian tengah sawah dan berpisah dari anak-anaknya. Mungkin dia punya persoalan berat, terus gak kuat menanggungnya, sehingga memilih bunuh diri," katanya.
Sementara Kepala Desa Tamansare, Herniyati menceritakan, seminggu lalu korban sempat  berupaya bunuh diri dengan cara melompat ke dalam sumur di belakang rumahnya. Namun karena kondisi sumur airnya penuh, aksi korban tidak sampai merenggut nyawanya. Ia hanya mengalami luka ringan. "Mungkin karena upaya bunuh diri yang pertama itu gagal, korban berusaha mencari cara lain untuk mengakhir hidupnya, yakni dengan gantung diri," tuturnya.
Kapolsek Dungkek, Edi Hariyanto mengungkapkan, setelah menerima laporan warga, pihaknya langsung menuju ke tempat kejadian perkara (TKP). "Hasil olah TKP, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan maupun penganiayaan di tubuh korban. Jadi korban dipastikan murni meninggal karena gantung diri. Namun keluarga korban menolak korban diotopsi karena sudah mengikhlaskan dan menganggap ini sebagai musibah. Keluarga korban memilih langsung memakamkan jenazah korban," terangnya.
Analisi:
-          Korban melakukan bunuh diri karena Tak kuat mengadapi permasalahan keluarga
-          Karena keinginannya yang tidak tercapai sehingga dia frustasi.
-          Karene kefrustasianya tersebut, menyebabkan fungsi kognitifnnya terganggu.
-          Sehingga timbullah reaksi tindakan negatif dalam bentuk agresi dan dia sudah tidak memikirkan harga dirinya lagi.
-          Bentuk tindakan agresinya adalah dengan melakukan tindakan sadistik terhadap dirinya sendiri dengan cara menggantung diri, yang mengakibatkan kematian.
3.   Bunuh Diri Ke Empat Baru Berhasil
Sabtu, 16 Maret 2013 13:22
MALANG – Kasus bunuh diri dengan minum racun, yang dilakukan Bowo Hadi Purnomo, 40 tahun dengan mengajak anak angkatnya Sofi Salsabila, 5 tahun, masih meninggalkan banyak cerita. Pria yang bekerja sebagai sopir angkot Karangploso – Arjosari (KA) ini, ternyata tidak hanya sekali itu melakukan usaha bunuh diri. Sudah empat kali, dia melakukan hal yang sama. Tapi baru berhasil Jumat (15/3) sore kemarin. 
Itu terungkap dari pengakuan Fitri Susilowati, mantan istrinya sekaligus ibu angkat Salsa, panggilan akrab Sofi Salsabila. Kepada Malang Post, wanita 35 tahun yang kemarin ditemui di rumahnya di Jalan Teluk Cenderawasih Malang ini mengatakan, mantan suaminya itu sudah sering mencoba bunuh diri.
‘’Seingat saya sudah empat kali ini, dia (Bowo Hadi Purnomo, Red.) berusaha bunuh diri. Tiga kali sebelumnya, tidak pernah mengajak Salsa. Baru kemarin itu, kok sampai mengajak anaknya dan berhasil,’’ tutur Susi, sapaan Fitri Susilowati.
Tiga kali usaha percobaan bunuh diri yang dikenang Susi, pertama dilakukan saat Susi dan Bowo baru dua tahun menikah, pada 2002 lalu. Saat itu, karena cekcok mulut, Bowo mencoba makan obat nyamuk bakar. Usahanya saat itu gagal. Obat itu tidak terlalu bereaksi.
Kedua, saat proses cerai 2009 lalu. Bowo yang tidak mau dicerai, mencoba bunuh diri dengan menyayat urat nadi tangannya. ‘’Tetapi saat itu bukan urat nadinya yang teriris, melainkan kulit dan daging tangannya,’’ kata Susi.
Kemudian ketiga kalinya juga pada 2009 lalu, di belakang warung tempat Susi bekerja di Terminal Arjosari. Saat itu malam hari, sekitar pukul 22.00, Bowo mencoba bunuh diri dengan menenggak cairan obat nyamuk. Meski sempat sekarat, saat itu nyawanya sempat tertolong karena cepat diketahui warga yang kemudian dibawa Puskesmas.
‘’Dan keempatnya baru berhasil kemarin itu. Dia melakukan itu karena mau minta rujuk sama saya mas,’’ ujarnya.
‘’Saya sendiri juga tidak mengira kalau dia bunuh diri dengan mengajak Salsa. Biasanya Salsa memang sering diajak main oleh ayahnya. Kalau tidak ke rumahnya di Dampit atau tempat kontrakannya, kadang juga diajak narik angkot,’’ sebut Susi.
Jumat kemarin, tambahanya, dia mengira Salsa diajak narik angkot. Karena setelah minta rujuk ditolak, Bowo mengatakan kalau tidak mau rujuk, dia akan ‘budal’ bersama Salsa. 
‘’Anggapan saya budal itu pergi ke Dampit. Tidak tahunya malah bunuh diri,’’ jelas Susi dengan mata berkaca-kaca.
Disinggung tentang alasan tidak mau rujuk sendiri, Susi mengaku kalau dirinya trauma dengan kejadian sebelumnya. Menurutnya dia bercerai dengan Bowo pada 2009 lalu itu, alasannya karena selain masalah ekonomi juga karena Bowo saat itu ketahuan selingkuh dengan wanita lain.
‘’Alasan lain karena saya juga sering dipukul pada saat proses cerai itu. Bahkan saya sempat melaporkannya ke Polres Malang Kota, tetapi saat itu Bowo hanya dikenakan wajib lapor,’’ paparnya.
Sembari meratapi foto Salsa dalam ponselnya, Susi mengatakan kalau dirinya juga kerap diancam akan dibunuh oleh Bowo, karena dia diajak rujuk tidak mau. Akibat ancaman itu, Susi mengaku sempat was-was dan tidak tenang ketika berangkat kerja.
Dengan kematian Salsa sendiri, tidak hanya Susi yang kehilangan tetapi keluarga besarnya juga mengaku sangat kehilangannya. ‘’Dulu saat diangkat anak, Salsa ini kondisinya sakit karena kurang gizi. Namun sekarang sudah sehat dan lucu, malah pergi selama-lamanya. Kami merasa sangat kehilangan dia. Sebetulnya kami juga ingin Salsa dimakamkan di daerah sini. Tapi kami tak kuasa,’’ ungkap salah satu kerabat Susi.
Sementara itu, polisi sendiri masih belum bisa menyimpulkan apa jenis racun yang diminum oleh kedua korban. Dari hasil otopsi sementara, berdasarkan keterangan petugas forensik, secara kasat mata dimungkinkan racun itu adalah potas.
‘’Dugaan potas itu karena dari baunya. Namun untuk memastikan jenis racunnya apa, masih harus menunggul tes dari labfor,’’ tutur Kanitreskrim Polsekta Blimbing, AKP Nanang Widodo.
Mantan Kanitreskrim Polsekta Klojen ini menambahkan, kedua jenazah korban usai diotopsi kemarin langsung dibawa pulang ke rumah orangtua Bowo di Dusun Sekarbanyu, Desa Sumbersuruh, Sumbermanjing Wetan untuk dimakamkan. Itu sesuai atas permintaan korban di surat wasiatnya.
‘’Proses otopsinya sendiri kemarin sempat berjalan alot. Beberapa keluarga korban sempat menolak. Sedangkan kami sendiri, untuk memastikan penyebab kematiannya, harus dilakukan otopsi. Setelah saya beri penjelasan, akhirnya baru mau dilakukan otopsi,’’ jelasnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Bowo Hadi Purnomo dan anak angkatnya, Sofi Salsabila, ditemukan tergeletak tak bernyawa di salah satu tanah kosong Jalan Raden Intan, Jumat sore. Mereka diduga bunuh diri dengan minum sebotol minuman merek Fruitea bercampur potas. Barang bukti itu ditemukan petugas Polsekta Blimbing dan Satreskrim Polres Malang Kota yang datang ke lokasi. (agp/avi)
Analisis:
-          Korban melakukan bunuh diri karena keinginannya untuk rujuk kembali dengan mantan istrinya tidak tercapai.
-          Karena keinginannya yang tidak tercapai sehingga dia frustasi.
-          Karene kefrustasianya tersebut, menyebabkan fungsi kognitifnnya terganggu.
-          Sehingga timbullah reaksi tindakan negatif dalam bentuk agresi dan dia sudah tidak memikirkan harga dirinya lagi.
-          Bentuk tindakan agresinya adalah dengan melakukan tindakan sadistik terhadap dirinya sendiri dengan cara menenggak racun (potas) bahkan dengan mengajak anaknya yang masih berusia lima tahun.
4.   Frustasi, Ibu Muda Ditemukan Tewas Gantung Diri
BANYUMAS, suaramerdeka.com - Diduga terbelit masalah keluarga, Tri Fatmawati (25) warga Grumbul Kaligesur Rt 08 RW 03, Desa Tinggarjaya Kecamatan Jatilawang ditemukan tewas gantung diri di rumahnya, Kamis (28/2).
Korban ditemukan tergantung di depan dipan dengan menggunakan tali bedong bayi di kamar tidurnya, sekitar pukul 08.00. Aksi nekat korban tersebut diduga dilakukan saat ibu korban, Khotini (60) sedang mencuci di kamar mandi.
Usai mencuci, Khotini kemudian memanggil korban. Karena tak kunjung mendapatkan jawaban dan mendapati pintu kamar terkunci, Khotini akhirnya mendobrak pintu. Melihat anaknya dalam kondisi tergantung, Khotinipun berteriak histeris. Tetanggapun akhirnya berdatangan.
Personel TNI dari Korami 21/Jatilawang yang juga Babinsa Desa Tinggarjaya, Sartam mengatakan, korban sempat akan dievakuasi oleh pihak keluarga. Pasalnya ibunya yakin, korban masih bisa diselamatkan. "Namun ternyata korban telah dalam kondisi meninggal dunia," jelasnya.
Mendapati laporan dari warga, jajaran Muspika Jatilawang langsung datang ke lokasi kejadian bersama tim medis dari Puskesmas Jatilawang.
Dari pemeriksaan medis yang dilakukan petugas tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan dan korban meninggal murni karena gantung diri. Oleh keluarga, kerabat dan tetangga, Kamis (28/2) siang, korban dimakamkan di TPU desa setempat.
Mengutip keterangan dari pihak keluarga dan tetangga, Sartam menuturkan, korban tewas diketahui mempunyai suami yang berasal dari Jakarta. Pernikahan antar keduanyapun baru dilakukan secara hukum agama. Korban diketahui berada di Jakarta sampai hamil lima bulan.
Mendengar anaknya hamil, orang tua korban akhirnya menyusul ke Jakarta dan mengajak korban kembali ke Jatilawang sampai melahirkan. Saat anak korban sampai berumur 2,5 bulan, korban diketahui akan menyusul suami ke Jakarta, tetapi dari pihak keluarga melarangnya.
"Korban memang sudah diketahui tiga kali akan kabur ke Jakarta, tetapi gagal karena ketahuan oleh keluarga. Mungkin karena kesal dan frustasi, akhirnya korban melakukan aksi nekat ini. Selama ini korban dikenal sehat," jelas Sartam.
Analisis:
-          Korban melakukan bunuh diri karena keinginannya untuk pergi ke jakarta guna menyusul suaminya tidak tercapai.
-          Karena keinginannya yang tidak tercapai sehingga dia frustasi.
-          Karene kefrustasianya tersebut, menyebabkan fungsi kognitifnnya terganggu.
-          Sehingga timbullah reaksi tindakan negatif dalam bentuk agresi dan dia sudah tidak memikirkan harga dirinya lagi.
-          Bentuk tindakan agresinya adalah dengan melakukan tindakan sadistik terhadap dirinya sendiri dengan cara menggantung diri, yang mengakibatkan kematian.

makalah frustasi, sters dan penyesuaian diri



BAB I
PENDAHULUAN
  1.1 Latar Belakang
Sepanjang masa perkembangan dari lahir hingga dewasa, kebutuhan-kebutuhan seseorang tidak selalu dapat terpenuhi dengan lancar.Seringkali terjadi hambatan dalam pemuasan suatu kebutuhan, motif dan keinginan.Keadaan terhambat dalam mencapai tujuan dinamakan frustasi. Keadaan frustasi yang berlangsung terlalu lama dan tidak dapat diatasi oleh seseorang akan menimbulkan stres. Stres adalah suatu keadaan dimana beban yang dirasakan seseorang tidak sepadan dengan kemampuan untuk mengatasi beban itu.
Seseorang dapat melakukan bermacam-macam cara penyesuaian diri untuk mengatasi berbagai macam stres. Tiap orang mempunyai cara-cara penyesuaian diri yang khusus, yang tergantung dari kemampuan-kemampuan yang dimilki, pengaruh-pengaruh lingkungan, pendidikan dan bagaimana ia mengembangkan dirinya. Dalam menghadapi stres, seseorang dapat mengadakan penyesuaian diri secara efektif, yaitu mengarahkan tindakannya pada sasaran tertentu untuk mengatasi sebab-sebab stres.
Tindakan yang diambil orang yang mengalami stres kemungkinan hanya berfungsi melindungi diri terhadap kemungkinan disorganisasi.Tindakan-tindakan ini merupakan tingkah laku yang sifatnya defensif. Reaksi defensif  tidak diarahkan pada sumber stres sehingga menghabiskan energy secara tidak efisien. Reaksi defensif juga tidak objektif tetapi subjektif dan emosional (tidak rasional).Reaksi defensif terjadi secara otomatis atau tidak disadari.

  1.2 Rumusan Masalah
1.    Bagaimana pengertian frustasi dan kompenen-kompenen apa saja yang di dalamnya?
2.    Mengapa orang bisa mengalami stres dan bagaimana gejala orang yang mengalami stres ?
3.    Bagaimana kaitan penyesuaian diri terhadap stress dan frustasi ?
  1.3 Tujuan
1.    Untuk mengetahui pengertian frustasi dan kompenen-kompenen apa saja yang terdapat dalam stress.
2.    Untuk mengetahui penyebab stress dan bagaiman gejala orang yang mengalami stress.
3.    Untuk mengetahui kaitan penyesuaian diri terhadap stress dan frustasi.



BAB II
ISI
2.1 Frustasi
Frustrasi dari bahasa Latin frustratio, yaitu perasaan kecewa atau jengkel akibat terhalang dalam pencapaian tujuan. Frustasi dapat diartikan juga sebagai keadaan terhambat dalam mencapai suatu tujuan (Markam,2003). Frustasi merupakan suatu keadaan ketegangan yang tak menyenangkan, dipenuhi perasaan dan aktivitas simpatetis yang semakin meninggi yang disebabkan oleh rintangan dan hambatan.Frustrasi dapat berasal dari dalam (internal) atau dari luar diri (eksternal) seseorang yang mengalaminya. Sumber yang berasal dari dalam termasuk kekurangan diri sendiri seperti kurangnya rasa percaya diri atau ketakutan pada situasi sosial yang menghalangi pencapaian tujuan. Konflik juga dapat menjadi sumber internal dari frustrasi saat seseorang mempunyai beberapa tujuan yang saling berinterferensi satu sama lain. Penyebab eksternal dari frustrasi mencakup kondisi-kondisi di luar diri seperti jalan yang macet, tidak punya uang, atau tidak kunjung mendapatkan jodoh. Dalam hal hambatan, ada beberapa macam hambatan yang biasanya dihadapi oleh individu seperti :
-                          Hambatan fisik : kemiskinan, kekurangan gizi, bencana alam dan sebagainya.
-                          Hambatan social : kondisi perekonomian yang tidak bagus, persaingan hidup yang keras, perubahan tidak pasti berbagai aspek kehidupan.
-                          Hambatan pribadi : keterbatasan-keterbatasan pribadi individu dalam bentuk cacat fisik atau penampilan fisik yang kurang menarik bisa menjadi pemicu frustasi dan stres pada individu.
Seorang psikolog biasanya menggunakan istilah ini untuk :
1.      Mengetahui keadaan yang timbul apabila terdapat halangan dalam usaha untuk memenuhi keinginan, kebutuhan tujuan, harapan atau tindakan tertentu.
2.    Menyebut hambatan atau halangan itu sendiri.
Keinginan, kebutuhan, tujuan, harapan dan tindakan tiap orang berbeda-beda.Hal-hal tertentu mungkin membuat orang lai tidak demikian.Salah satu sebab yang membuat orang frustasi adalah rintangn fisik, pribadi dan sosial.Frustasi ini juga bisa menimbulkan dua kelompok diantaranya bisa menimbulkan situasi yang menguntungkan (positif) dan sebaliknya juga mengakibatkan timbulnya situasi yang destruktif merusak (negatif).Frustasi dengan demikian bisa memunculkan reaksi frustasi tertentu yang sifatnya bisa negatif dan positif.
Ø    Reaksi-reaksi Frustasi yang sifatnya Positif
1.    Mobilitas dan penambahan aktifitas
Misalnya karena mendapat rintangan dalam usahanya, maka terjadilah pemanggilan rangsangan untuk memperbesar energy, potensi, kapasitas, sarana, keuletan dan keberanian untuk mengatasi semua kesulitan.Frustasi tersebut dengan demikian menjadi stimulus untuk memobilisir segenap energy dan tenaga hingga mampu menmbus setiap rintangan.
2.    Besinnung (berfikir secara mendalam disertai wawasan jernih)
Setiap frustasi memang memberikan masalah, maka dari itu kejadian ini memaksa orang untuk melihat realitas dengan mengambil satu jarak untuk berfikir lebih objektif dan lebih mendalam agar dapat mencari jalan atau alternative penyelesaian lain.
3.    Regignation (tawakal, pasrah pada Tuhan)
Menerima situasi dan kesulitan yang dihadapi dengan sikap yang rasional dan sikap ilmiah.Semua ini dilakukan jika kita mulai belajar menggunakan pola yang positif dalam menanggulangi setiap kesulitan sejak berusia masih sangat muda.
4.    Membuat dinamika nyata suatu kebutuhan
Kebutuhan-kebutuhan bisa mengalami lenyap dengan sendirinya, karena sudah tidak diperlukan oleh seseorang dan sudah tidak sesuai lagi dengan kecenderungan serta aspirasi pribadi.
5.    Kompensasi atau subtitusi dari tujuan
Kompensasi adalah usaha untuk mengimbangi kegagalan dan kekalahan dalam satu bidang, tapi sukses dan menang di bidang lainnya.Dan semua itu adalah jalan untuk menghidupkan spirit perjuangan yang agresif dan tidak mengenal rasa menyerah.
6.    Sublimasi
Yaitu usaha untuk mengganti keceYaitu usaha untuk mengganti kecenderungan egoistic, nafsu seks animalistic, dorongan-dorongan biologis primitive dan aspirasi sosial yang tidak sehat dalam bentuk tingkah laku terpuji yang bisa diterima di masyarakat.
Ø    Reaksi-reaksi Frustasi yang sifatnya Negatif
1.    Agresi
Yaitu kemarahan yang meluap-luap dan mengadakan penyerangan kasar karena seseorang mengalami kegagalan.Biasanya ada pula tindakan sadistic dan membunuh orang.Agresi ini sangat mengganggu fungsi intelegensi sehingga harga dirinya merosot.
2.    Regresi
Yaitu kembalinya individu pada pola-pola primitive dan kekanak-kanakan.Tingkah laku tersebut didorong oleh adanya rasa dongkol, kecewa ataupun tidak mampu memecahkan masalah.Tingkah laku di atas adalah ekspresi rasa menyerah, kalah, putus asa dan mental yang lemah.
3.    Fixatie
Merupakan suatu respon individu yang selalu melakukan sesuatu yang bentuknya stereotype, yaitu selalu memakai cara yang sama. Semua itu dilakukan sebagai alat pencapaian tujuan, menyalurkan kedongkolan ataupun alat balas dendam.
4.    Pendesakan dan komplek-komplek terdesak
Pendesakan adalah usaha untuk menghilangkan atau menekankan ketidak sadaran beberapa kebutuhan, pikiran-pikiran yang jahat, nafsu-nafsu dan perasaan yang negatif.Karena didesak oleh keadaan yang tidak sadar maka terjadilah komplek-komplek terdesak yang sering mengganggu ketenangan batin yang berupa mimpi-mimpi yang menakutkan, halusinasi, delusi, ilusi, salah baca, dll.
5. Rasionalisme
Adalah cara untuk menolong diri secara tidak wajar atau taktik pembenaran diri dengan jalan membuat sesuatu yang tidak rasionaldengan tidak menyenangkan.
6. Proyeksi
Proyeksi adalah usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan sikap-sikap diri yang negatif pada orang lain.
7. Tehnik anggur masam
Usaha memberikan atribut yang jelek atau negatif pada tujuan yang tidak bisa dicapainya.
8. Tehnik jeruk manis
Adalah usaha memberikan atribut-atribut yang bagus dan unggul pada semua kegagalan, kelemahan dan kekurangan sendiri.
9. Identifikasi
Adalah usaha menyamakan diri sendiri dengan orang lain. Semua itu bertujuan untuk memberikan keputusan semu pada dirinya.
10.      Narsisme
Adalah perasaan superior, merasa dirinya penting dan disertai dengan cinta diti yang patologis dan berlebih-lebihan.Orang ini sangat egoistis dan tidak pernah peduli dengan dunia luar.
11.      Autisme
Ialah gejala menutup diri secara total dari dunia nyata dan tidak mau berkomunikasi lagi dengan dunia luar yang dianggap kotor dan jahat, penuh kepalsuan dan mengandung bahaya yang mengerikan. Maka bila tingkah laku yang demikian dijadikan pola kebiasaan akan mengakibatkan bertumpuknya kesulitan hidup, makin bertambah konflik-konflik batin yang kronis lalu terjadilah disintregasi kepribadian.
2.2  Stres
Stres adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stres dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stres adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stres disebut dengan stresor dan ketegangan yang di akibatkan karena stres, disebut strain.
Menurut Robbins (2001) stres juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stres dikaitkan dengan penelitian ini maka stres itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Menurut Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif, apresiasi stres menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai suatu stres berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan karena peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stres adalah suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
Sedangkan menurut Handoko (1997), stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Sedangkan berdasarkan definisi kerja stres, stres dapat diartikan sebagai:
·            Suatu tanggapan adaptif, ditengahi oleh perbedaan individual dan atau proses psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari setiap kegiatan (lingkungan), situasi atau kejadian eksternal yang membebani tuntunan psikologis atau fisik yang berlebihan terhadap seseorang. 
·            Sebagai suatu tanggapan penyesuaian, dipengaruhi oleh perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar ( lingkungan ) situasi atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan pada seseorang.
Menurut Mason (1971 ) membantah konsep yang mengatakan bahwa stres hanyalah merupakan badaniah saja. Ditunjukkkannya bahwa daya adaptasi seseoarang itu tergantung pada faktor-faktor kejiwaan atau psikologiknya yang menyertai stresor. Stres bukanlah konsep faal saja, lebih banyak dilihat sebagai konsep perilaku, setiap reaksi organisme terhadap stresor memungkinkan sekali terlebih dahulu dimulai oleh kelainan perilaku dan kemudian mungkin baru terjadi akibat faal, kemudian Mason (1976 ) menunjukkan bahwa terdapat pola hormonal yang berbeda terhadap stresor fisik yang berbeda.
Pada penelitain Wolf dan Goodel ( 1968 ) bahwa individu-individu yang mengalami kesukaran dengan suatu sistem organ, cenderung akan bereaksi etrhadap stresor dengan gejala dan keluhan dalam sistem organ yang sama.Kondisi sosial, perasaan dan kemampuan untuk menanggulangi masalah, ternyata mempengaruhi juga aspek yang berbeda-beda dari reaksi terhadap stres.
Menurut Selye (Bell, 1996) stres diawali dengan reaksi waspada (alarm reaction) terhadap adanya ancaman, yang ditandai oleh proses tubuh secara otomatis, seperti: meningkatnya denyut jantung, yang kemudian diikuti dengan reaksi penolakan terhadap stresor dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga (exhaustion) jika individu merasa tidak mampu untuk terus bertahan.
Lazarus (1984) menjelaskan bahwa stres juga dapat diartikan sebagai:
·            Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stres atau disebut juga dengan stresor. 
·            Respon, yaitu stres merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat secara psikologis, seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.
·         Proses, yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
Jadi, stres dapat mempengaruhi fisik, psikis mental dan emosi. Tetapi, stres dapat mempunyai dua efek yang berbeda, bisa negatif ataupun positit, tergantung bagaimana kuatnya individu tersebut menghadapi stres atau bagaimana individu tersebut mempersepsikan stres yang sedang dihadapinya.
Gejala-gejala orang yang mengalami stres :
-            Menjadi mudah tersinggung dan marah terhadap teman, keluarga dan kolega.
-            Bertindak secara agresif dan defensif
-             Merasa selalu lelah
-             Sukar konsentrasi atau menjadi pelupa
-             Palpitasi atau jantung berdebar-debar
-             Otot-otot tegang
-             Sakit kepala, perut dan diare.
Stres bersumber dari frustasi dan konflik yang dialami individu yang dapat berasal dari berbagai bidang kehidupan manusia.Konflik antara dua atau lebih kebutuhan atau keinginan yang ingin dicapai, yang terjadi secara berbenturan juga bisa menjadi penyebab timbulnya stres.
Ada beberapa macam strategi dalam menghadapi stres, yaitu :
ü  Strategi stres dalam perilaku
1.    Memecahkan persoalan secara tenang
Yaitu mengevaluasi kekecewaan atau stres dengan cermat kemudian menentukan langkah yang tepat untuk diambil, setelah itu mereka mempersiapkan segala upaya dan daya serta menurunkan kemungkinan berbahaya.
2.    Agresi
Stres sering berpuncak pada kemarahan atau agresi.Sebenarnya agresi jarang terjadi namun apabila terjadi hal itu hanyalah berupa respon penyesuaian diri. Contohnya adalah mencari kambing hitam, menyalahkan pihak lain dan kemudian melampiaskan agresinya kepada sasaran itu.
3.    Regresi
Yaitu kondisi ketika seseorang menghadapi stres kembali lagi pada perilaku yang mundur atau kembali ke masa yang lebih muda (memberikan respons seperti orang dengan usia yang lebih muda). Menurut penelitian klasik yang dilakukan Roger, Tamara Dembo, dan Kuret Lewin memperlihatkan bahwa regresi adalah respon umum bila menghadapi frustasi.
4. Menarik diri
Merupakan respon yang paling umum dalam mengambil sikap.Bila seseorang menarik diri maka dia memilih untuk tidak mengambil tindakan apapun.Respon ini biasanya disertai dengan depresi dan sikap apatis.
5. Mengelak
Seorang yang mengalami stres terlalu lama, kuat dan terus menerus maka ia akan cenderung mengelak. Contoh mengelak adalah mereka melakukan perilaku tertentu secara berulang-ulang.Hal ini sebagai pengelakan diri dari masalah demi mengalahkan perhatian.Dalam usaha mengelakkan diri, orang Amerika biasanya menggunakan alcohol, obat penenang, heroin dan obat-obatan dari bahan kimia lainnya.
ü  Strategi mengatasi stres secara kognitif
1. Represi
Adalah upaya seseorang untuk menyingkirkan frustasi, stres, dan semua yang menimbulkan kecemasan.
2. Menyangkal kenyataan
Menyangkal kenyataan mengandung unsur penipuan diri. Bila seseorang menyangkal kenyataan maka ia menganggap tidak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan dengan maksud untuk melindungi dirinya sendiri.
3. Fantasi
Dengan berfantasi orang sering merasa dirinya mencapai tujuan dan dapat menghindarkan dari frustasi dan stres.Orang yang sering melamun kadang-kadang menemukan bahwa kreasi lamunannya itu lebih menarik daripada kemyataan yang sesungguhnya. Bila fantasi dilakukan secara sedang-sedang dan dalam kendalian kesadaran yang baik, maka frustasi menjadi cara yang sehat untuk mengetasi stres.
4. Rasionalisasi
Rasionalisasi ini dimaksudkan segala usaha seseorang untuk mencari alasan yang dapat diterima secara social untuk membenarkan atau mnyembunyikan perilakunya yang buruk.Rasionalisasi juga bisa muncul ketika seseorang menipu dirinya sendiri dengan berpura-pura menganggapnya buruk adalah baik atau sebaliknya.
5. Intelektulisasi
Seseorang yang menggunakan taktik ini maka yang menjadi masalah akan dipelajari atau mencari tahu tujuan sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat dengan persoalan secara emosional. Dengan intelektualisasi seseorang setidaknya dapat sedikit mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan bagi dirinya dan memberikan kesempatan pada dirinya untuk meninjau permasalahan secara subjektif.
6. Pembentukan reaksi
Seseorang dikatakan berhasil menggunakan metode ini apabila dia berusaha menyembunyikan motif dan perasaan sesungguhnya baik represi atau supresi dan menampilkan wajah yang berlawanan dengan kenyataan yang dihadapi.
7. Proyeksi
Seseorang yang menggunakan tehnik ini biasanya sangat cepat dalam memperlihatkan ciri pribadi orang lain yang tidak disukai dengan sesuatu yang ia perhatikan itu akan diperbesar-besarkannya lagi. Tehnik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia harus menghadapi kenyataan akan keburukan dirinya.
ü  Determinan strategi mengatasi stres
Menurut penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa menggunakan tehnik untuk mengatasi stres tertentu dapat ditingkatkan atau dikurangi dengan cara memberi penguatan atau hubungan. Adanya tantangan, fantasi ketidak puasan dan dukungan orang tua dalam menghadapi anak stres secara pasti akan sangat berhubungan erat dengan ketakutan anak ini mengatasi stres dikemudian hari. Psikolog Keister dan Rutn Updegras memperlihatkan bahwa anak-anak dapat secara aktif untuk mengatasi stres secra konstruktif. Mereka membuat program untuk anak dan remaja yang bereaksi terhadap frustasi karena kegagalan dengan cara menangis, menyerah, bergantung kepada orang lain dan berperilaku agresif. Pada anak seperti ini diberikan serangkaian tantangan yang diawali dengan paling mudah kemudian perlahan-lahan meningkat pada yang lebih sulit.
Gaya seseorang menyelesaikan masalah tergantung pada kebiasaan standar kebudayaan dimana dia dibesarkan.Tingkatan kognitif juga mempengaruhi strategi seseorang untuk mengatasi stres.

2.3  Penyesuaian Diri
Selama masa remaja orang mengalami banyak tantangan. Para remaja biasanya dihadapkan pada berbagai perubahan yang cepat dalam  hal berat badan dan perubahan bentuk tubuh, kematangan seksual, kemampuan kognitif yang baru serta berbagai tuntutan dan  harapan dari keluarga, teman-teman serta masyarakat. Senada dengan itu, lingkungan menuntut serta mengharapkan yang berbeda pada remaja tersebut.Para remaja tersebut diharapkan dapat menunjukkan identitas diri dan harus dapat membentuk identitas diri.
Menurut Erikson pada setiap tahapan hidup orang terdapat empat krisis yang timbul selama masa remaja dan masa dewasa. Empat tahapan tersebut adalah :
1.    Identitas versus kekaburan peran
2.    Keintiman versus keterasingan
3.    Generativitas (keterlibatan dengan dunia dan generasi penerus) versus kepentingan diri sendiri, dan
4.    Integritas (menerima kehidupan) versus keputusasaan.
Pada awalnya perkembangan anaka laki-laki cenderung memperlihatkan perilaku yang menimbulkan kesulitan di sekolah dan di rumah dibandingkan dengan anak perempuan. Tetapi menjelang remaja, anak perempuan akan lebih banyak menghadapi kesulitan yang berhubungan dengan kematangan seksual. Dalam hal ini maka anak perempuan cenderung lebih cepat melakukan penyesuaian diri dibandingkan dengan laki-laki.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Diana Baumrind dan glen Elder bahwa pengaruh orang tua mempunyai hubungan dengan strategi penyesuaian diri selama remaja, terutama pada remaja laki-laki. Orang tua yang otoritatif, biasanya akan mengajak anak-anaknya terlibat langsung dalam hal memecahkan masalah dalam keluarga. Tujuan orang tua mengajak langsung anak-anaknya dalam menyelesaikan masalah keluarga adalah agar anak-anak diberi kesempatan untuk mengalami setiap kejadian apapun secara bertahap dibawah orang tua, serta anak-anak diberi kesempatan untuk mulai bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Anak yang berasal dari keluarga ini biasanya pada masa remajanya akan memperlihatkatkan rasa percaya diri yang cukup besar, bebas dan menghargai dirinya sendiri, serta dapat berkomunikasi dengan anggota keluarga.
Sementara orang tua yang Ototarian lebih mementingkan hukuman, memaksakan taktik tertentu bila sedang terjadi suatu konflik yang sedang menimpa anaknya.Mereka mengutamakan kepatuhan total. Dipihak lain juga ekstrem adalah orang tua yang Laissez faire (segala perbuatan anaknya dibenarkan, jarang memberika tanggung jawab pada anak). Remaja yang berasal dari keluraga semacam ini biasanya akan sulit untuk menyesuaikan diri. Pada masa remaja pengaruh teman sebaya sangat kuat, yang mana pengaruh ini dapat mengalahkan pengaruh orang tua, meskipun orang tua telah bersikap mengerti dan menerima serta menolong seluruh angora keluarga.
Secara berturut-turut, langkah yang dilakukan untuk penyesuaian diri terhadap stresadalah :
1.  Menilai situasi stres, yaitu menggolongkan jenis stres (kategorisasi) dan memperkirakan bahaya yang berkaitan dengan stres itu.
2.    Merumuskan alternatif tindakan yang dapat dilakukan dan menentukan tindakan yang paling mungkin untuk dilakukan
3.    Melaksanakan tindakan adalah langkah yang paling sungkar.
4.    Melihat feedback. Kalau langkah-langkah pertama berhasil maka diteruskan, kalau tidak segera lakukan alternatif lain.


 
BAB III
PENUTUP
    3.1   Kesimpulan
·           Frustasi merupakan suatu keadaan ketegangan yang tak menyenangkan, dipenuhi perasaan dan aktivitas simpatetis yang semakin meninggi yang disebabkan oleh rintangan dan hambatan.Frustrasi dapat berasal dari dalam (internal) atau dari luar diri (eksternal) seseorang yang mengalaminya. Frustasi bisa menimbulkan dua kelompok diantaranya bisa menimbulkan situasi yang menguntungkan (positif) dan sebaliknya juga mengakibatkan timbulnya situasi yang destruktif merusak (negatif).
·           Pada dasarnya, stres adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stres disebut dengan stresor dan ketegangan yang di akibatkan karena stres, disebut strain.
·           Seseorang dapat melakukan bermacam-macam cara penyesuaian diri untuk mengatasi berbagai macam stres. Tiap orang mempunyai cara-cara penyesuaian diri yang khusus, yang tergantung dari kemampuan-kemampuan yang dimiliki, pengaruh-pengaruh lingkungan, pendidikan, dan bagaimana ia mengembangkan dirinya. Dalam emghadapi stres, seseprang dapat mengadakan penyesuaian diri secara efektif, yaitu mengarahkan tindakannya pada sasaran tertentu untuk mengatasai sebab-sebab stres. Sifat-sifat dan tidakan yang terarah pada sasaran ialah objektif, rasional dan efektif.
Secara berturut-turut,langkah yang dilakukan untuk penyesuaian diri terhadap stres adalah :
a)     Menilai situasi stres, yaitu menggolongkan jenis stres (kategorisasi), dan memperkirakana bahaya yang berkaitan dengan stres itu.
b)     Merumuskan alternatif tindakan yang dapat dilakukan dan  menentukan tidakan ayng paling mungkin dapat dilakukan.
c)     Melaksanakan tindakan adalah langkah yang paling sukar.
d)     Melihat feedback.






















DAFTAR PUSTAKA
Ardani,  Ardi Tristiadi, dkk. Psikologi Klinis. 2007. Graha Ilmu : Yogyakarta.
Slamet, Suprapti I.S. , Sumarmo Markam. Pengantar Psikologi Klinis. 2003. UI Press : Jakarta.