Senin, 25 Maret 2013

analisis kasus dari teori frustasi



A.   Teori .
Frustasi merupakan suatu keadaan ketegangan yang tak menyenangkan, dipenuhi perasaan dan aktivitas simpatetis yang semakin meninggi yang disebabkan oleh rintangan dan hambatan.Frustrasi dapat berasal dari dalam (internal) atau dari luar diri (eksternal) seseorang yang mengalaminya. Sumber yang berasal dari dalam termasuk kekurangan diri sendiri seperti kurangnya rasa percaya diri atau ketakutan pada situasi sosial yang menghalangi pencapaian tujuan.
Penyebab eksternal dari frustrasi mencakup kondisi-kondisi di luar diri seperti jalan yang macet, tidak punya uang, atau tidak kunjung mendapatkan jodoh. Dalam hal hambatan, ada beberapa macam hambatan yang biasanya dihadapi oleh individu seperti :
-                          Hambatan fisik : kemiskinan, kekurangan gizi, bencana alam dan sebagainya.
-                          Hambatan social : kondisi perekonomian yang tidak bagus, persaingan hidup yang keras, perubahan tidak pasti berbagai aspek kehidupan.
-                          Hambatan pribadi : keterbatasan-keterbatasan pribadi individu dalam bentuk cacat fisik atau penampilan fisik yang kurang menarik bisa menjadi pemicu frustasi dan stres pada individu.
Frustasi bisa memunculkan reaksi frustasi tertentu yang sifatnya bisa negatif dan positif.
Ø    Reaksi-reaksi Frustasi yang sifatnya Positif
1.    Mobilitas dan penambahan aktifitas
Misalnya karena mendapat rintangan dalam usahanya, maka terjadilah pemanggilan rangsangan untuk memperbesar energy, potensi, kapasitas, sarana, keuletan dan keberanian untuk mengatasi semua kesulitan.
2.    Besinnung (berfikir secara mendalam disertai wawasan jernih)
Setiap frustasi memang memberikan masalah, maka dari itu kejadian ini memaksa orang untuk melihat realitas dengan mengambil satu jarak untuk berfikir lebih objektif dan lebih mendalam agar dapat mencari jalan atau alternative penyelesaian lain.
3.    Regignation (tawakal, pasrah pada Tuhan)
Menerima situasi dan kesulitan yang dihadapi dengan sikap yang rasional dan sikap ilmiah.
4.    Membuat dinamika nyata suatu kebutuhan
Kebutuhan-kebutuhan bisa mengalami lenyap dengan sendirinya, karena sudah tidak diperlukan oleh seseorang dan sudah tidak sesuai lagi dengan kecenderungan serta aspirasi pribadi.
5.    Kompensasi atau subtitusi dari tujuan
Kompensasi adalah usaha untuk mengimbangi kegagalan dan kekalahan dalam satu bidang, tapi sukses dan menang di bidang lainnya.
6.    Sublimasi
Yaitu usaha untuk mengganti kecenderungan egoistic, nafsu seks animalistic, dorongan-dorongan biologis primitive dan aspirasi sosial yang tidak sehat dalam bentuk tingkah laku terpuji.
Ø    Reaksi-reaksi Frustasi yang sifatnya Negatif
1.    Agresi
Yaitu kemarahan yang meluap-luap dan mengadakan penyerangan kasar karena seseorang mengalami kegagalan.
2.    Regresi
Yaitu kembalinya individu pada pola-pola primitive dan kekanak-kanakan.
3.    Fixatie
Merupakan suatu respon individu yang selalu melakukan sesuatu yang bentuknya stereotype, yaitu selalu memakai cara yang sama.
4.    Pendesakan dan komplek-komplek terdesak
Karena didesak oleh keadaan yang tidak sadar maka terjadilah komplek-komplek terdesak yang sering mengganggu ketenangan batin yang berupa mimpi-mimpi yang menakutkan, halusinasi, delusi, ilusi, salah baca, dll.
5. Rasionalisme
Adalah cara untuk menolong diri secara tidak wajar atau taktik pembenaran diri dengan jalan membuat sesuatu yang tidak rasional dengan tidak menyenangkan.
6. Proyeksi
Proyeksi adalah usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan sikap-sikap diri yang negatif pada orang lain.
7. Tehnik anggur masam
Usaha memberikan atribut yang jelek atau negatif pada tujuan yang tidak bisa dicapainya.
8. Tehnik jeruk manis
Adalah usaha memberikan atribut-atribut yang bagus dan unggul pada semua kegagalan, kelemahan dan kekurangan sendiri.
9. Identifikasi
Adalah usaha menyamakan diri sendiri dengan orang lain. Semua itu bertujuan untuk memberikan keputusan semu pada dirinya.
10.      Narsisme
Adalah perasaan superior, merasa dirinya penting dan disertai dengan cinta diti yang patologis dan berlebih-lebihan.Orang ini sangat egoistis dan tidak pernah peduli dengan dunia luar.
11.      Autisme
Ialah gejala menutup diri secara total dari dunia nyata dan tidak mau berkomunikasi lagi dengan dunia luar yang dianggap kotor dan jahat, penuh kepalsuan dan mengandung bahaya yang mengerikan.







B.  Analisis Kasus.
1.   Pria Ini Bunuh Diri karena Frustasi
PEKANBARU- Tim SAR berhasil mengevakuasi jenazah Ahmad Afandi (25) di tepian Sungai Siak, Pekanbaru, Riau. Korban diduga bunuh diri dengan terjun ke sungai karena frustasi tidak bisa melanjutkan pendidikan Strata 2 (S2).
Penemuan jenazah pemuda yang baru lulus sarjana oleh tim SAR itu dibantu masyarakat sekira pukul 10.00 WIB. Jenazah ditemukan di dekat jembatan Siak III Pekanbaru atau sekira 3 kilometer dari lokasi terjunnya Afandi di Sungai terdalam di Indonesia itu.
"Korban ditemukan oleh warga tersangkut kapal dengan posisi telungkup," kata Kapolsek Sektor Kawasan Pelabuhan Pekanbaru, AKP Hermawi, kepada Okezone, Rabu (6/3/2013) di lokasi.
Kapolsek mengatakan bahwa korban terjun  ke Sungai Siak pada Minggu, 3 Maret 2013 sekira pukul 20.00 WIB.
Setelah ditemukan, tim SAR bersama pihak Kepolisian langsung mengevakuasi korban. Selanjutkan korban dibawa ke rumah duka di Perumahan Putri Tujuh,Panam Pekanbaru.
"Motif sesungguhnya mengapa korban nekat terjun masih kita selidiki," imbuhnya.
Analisis:
-          Korban melakukan bunuh diri karena keinginannya untuk melanjutkan ke strata 2 tidak tercapai.
-          Karena keinginannya yang tidak tercapai sehingga dia frustasi.
-          Karene kefrustasianya tersebut, menyebabkan fungsi kognitifnya terganggu.
-          Sehingga timbullah reaksi tindakan negatif dalam bentuk agresi yang sudah tidak memikirkan harga dirinya lagi.
-          Bentuk tindakan agresinya adalah dengan melakukan tindakan sadistik terhadap dirinya sendiri dengan cara menjatuhkan dirinya sendiri ke sungai.






2.   Tak Kuat Hadapi Persoalan, Wanita Paro Baya Gantung Diri di Dapur
Rabu, 20 Maret 2013 18:25:40 WIB
Reporter : Temmy P. 
Sumenep (beritajatim.com) - Maisyaroh (50), warga Dusun Gunung, Desa Tamansare, Kecamatan Dungkek, Kabupaten Sumenep, ditemukan tewas gantung diri dengan seutas tali di dapurnya. Korban pertama kali ditemukan Rukiyah (35), anak korban.
"Tetangga-tetangga kaget mendengar Rukiyah tiba-tiba menjerit keras dan terjatuh pingsan. Ternyata Rukiyah kaget mendapati ibunya sudah mati gantung diri di dapur," kata Purammi (54), tetangga korban.
Ia mengaku tidak tahu persis mengapa Maisyaroh nekat mengakhiri hidupnya dengan gantung diri. Namun diduga kuat, Maisyaroh tengah menghadapi persoalan pribadi yang berat, dan tak kuat menanggungnya. "Sudah tiga bulan ini, Maisyaroh jarang berkumpul dengan tetangga. Padahal biasanya dia aktif kalau ada kegiatan-kegiatan di kampung. Bahkan dia memilih tinggal di sendirian tengah sawah dan berpisah dari anak-anaknya. Mungkin dia punya persoalan berat, terus gak kuat menanggungnya, sehingga memilih bunuh diri," katanya.
Sementara Kepala Desa Tamansare, Herniyati menceritakan, seminggu lalu korban sempat  berupaya bunuh diri dengan cara melompat ke dalam sumur di belakang rumahnya. Namun karena kondisi sumur airnya penuh, aksi korban tidak sampai merenggut nyawanya. Ia hanya mengalami luka ringan. "Mungkin karena upaya bunuh diri yang pertama itu gagal, korban berusaha mencari cara lain untuk mengakhir hidupnya, yakni dengan gantung diri," tuturnya.
Kapolsek Dungkek, Edi Hariyanto mengungkapkan, setelah menerima laporan warga, pihaknya langsung menuju ke tempat kejadian perkara (TKP). "Hasil olah TKP, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan maupun penganiayaan di tubuh korban. Jadi korban dipastikan murni meninggal karena gantung diri. Namun keluarga korban menolak korban diotopsi karena sudah mengikhlaskan dan menganggap ini sebagai musibah. Keluarga korban memilih langsung memakamkan jenazah korban," terangnya.
Analisi:
-          Korban melakukan bunuh diri karena Tak kuat mengadapi permasalahan keluarga
-          Karena keinginannya yang tidak tercapai sehingga dia frustasi.
-          Karene kefrustasianya tersebut, menyebabkan fungsi kognitifnnya terganggu.
-          Sehingga timbullah reaksi tindakan negatif dalam bentuk agresi dan dia sudah tidak memikirkan harga dirinya lagi.
-          Bentuk tindakan agresinya adalah dengan melakukan tindakan sadistik terhadap dirinya sendiri dengan cara menggantung diri, yang mengakibatkan kematian.
3.   Bunuh Diri Ke Empat Baru Berhasil
Sabtu, 16 Maret 2013 13:22
MALANG – Kasus bunuh diri dengan minum racun, yang dilakukan Bowo Hadi Purnomo, 40 tahun dengan mengajak anak angkatnya Sofi Salsabila, 5 tahun, masih meninggalkan banyak cerita. Pria yang bekerja sebagai sopir angkot Karangploso – Arjosari (KA) ini, ternyata tidak hanya sekali itu melakukan usaha bunuh diri. Sudah empat kali, dia melakukan hal yang sama. Tapi baru berhasil Jumat (15/3) sore kemarin. 
Itu terungkap dari pengakuan Fitri Susilowati, mantan istrinya sekaligus ibu angkat Salsa, panggilan akrab Sofi Salsabila. Kepada Malang Post, wanita 35 tahun yang kemarin ditemui di rumahnya di Jalan Teluk Cenderawasih Malang ini mengatakan, mantan suaminya itu sudah sering mencoba bunuh diri.
‘’Seingat saya sudah empat kali ini, dia (Bowo Hadi Purnomo, Red.) berusaha bunuh diri. Tiga kali sebelumnya, tidak pernah mengajak Salsa. Baru kemarin itu, kok sampai mengajak anaknya dan berhasil,’’ tutur Susi, sapaan Fitri Susilowati.
Tiga kali usaha percobaan bunuh diri yang dikenang Susi, pertama dilakukan saat Susi dan Bowo baru dua tahun menikah, pada 2002 lalu. Saat itu, karena cekcok mulut, Bowo mencoba makan obat nyamuk bakar. Usahanya saat itu gagal. Obat itu tidak terlalu bereaksi.
Kedua, saat proses cerai 2009 lalu. Bowo yang tidak mau dicerai, mencoba bunuh diri dengan menyayat urat nadi tangannya. ‘’Tetapi saat itu bukan urat nadinya yang teriris, melainkan kulit dan daging tangannya,’’ kata Susi.
Kemudian ketiga kalinya juga pada 2009 lalu, di belakang warung tempat Susi bekerja di Terminal Arjosari. Saat itu malam hari, sekitar pukul 22.00, Bowo mencoba bunuh diri dengan menenggak cairan obat nyamuk. Meski sempat sekarat, saat itu nyawanya sempat tertolong karena cepat diketahui warga yang kemudian dibawa Puskesmas.
‘’Dan keempatnya baru berhasil kemarin itu. Dia melakukan itu karena mau minta rujuk sama saya mas,’’ ujarnya.
‘’Saya sendiri juga tidak mengira kalau dia bunuh diri dengan mengajak Salsa. Biasanya Salsa memang sering diajak main oleh ayahnya. Kalau tidak ke rumahnya di Dampit atau tempat kontrakannya, kadang juga diajak narik angkot,’’ sebut Susi.
Jumat kemarin, tambahanya, dia mengira Salsa diajak narik angkot. Karena setelah minta rujuk ditolak, Bowo mengatakan kalau tidak mau rujuk, dia akan ‘budal’ bersama Salsa. 
‘’Anggapan saya budal itu pergi ke Dampit. Tidak tahunya malah bunuh diri,’’ jelas Susi dengan mata berkaca-kaca.
Disinggung tentang alasan tidak mau rujuk sendiri, Susi mengaku kalau dirinya trauma dengan kejadian sebelumnya. Menurutnya dia bercerai dengan Bowo pada 2009 lalu itu, alasannya karena selain masalah ekonomi juga karena Bowo saat itu ketahuan selingkuh dengan wanita lain.
‘’Alasan lain karena saya juga sering dipukul pada saat proses cerai itu. Bahkan saya sempat melaporkannya ke Polres Malang Kota, tetapi saat itu Bowo hanya dikenakan wajib lapor,’’ paparnya.
Sembari meratapi foto Salsa dalam ponselnya, Susi mengatakan kalau dirinya juga kerap diancam akan dibunuh oleh Bowo, karena dia diajak rujuk tidak mau. Akibat ancaman itu, Susi mengaku sempat was-was dan tidak tenang ketika berangkat kerja.
Dengan kematian Salsa sendiri, tidak hanya Susi yang kehilangan tetapi keluarga besarnya juga mengaku sangat kehilangannya. ‘’Dulu saat diangkat anak, Salsa ini kondisinya sakit karena kurang gizi. Namun sekarang sudah sehat dan lucu, malah pergi selama-lamanya. Kami merasa sangat kehilangan dia. Sebetulnya kami juga ingin Salsa dimakamkan di daerah sini. Tapi kami tak kuasa,’’ ungkap salah satu kerabat Susi.
Sementara itu, polisi sendiri masih belum bisa menyimpulkan apa jenis racun yang diminum oleh kedua korban. Dari hasil otopsi sementara, berdasarkan keterangan petugas forensik, secara kasat mata dimungkinkan racun itu adalah potas.
‘’Dugaan potas itu karena dari baunya. Namun untuk memastikan jenis racunnya apa, masih harus menunggul tes dari labfor,’’ tutur Kanitreskrim Polsekta Blimbing, AKP Nanang Widodo.
Mantan Kanitreskrim Polsekta Klojen ini menambahkan, kedua jenazah korban usai diotopsi kemarin langsung dibawa pulang ke rumah orangtua Bowo di Dusun Sekarbanyu, Desa Sumbersuruh, Sumbermanjing Wetan untuk dimakamkan. Itu sesuai atas permintaan korban di surat wasiatnya.
‘’Proses otopsinya sendiri kemarin sempat berjalan alot. Beberapa keluarga korban sempat menolak. Sedangkan kami sendiri, untuk memastikan penyebab kematiannya, harus dilakukan otopsi. Setelah saya beri penjelasan, akhirnya baru mau dilakukan otopsi,’’ jelasnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Bowo Hadi Purnomo dan anak angkatnya, Sofi Salsabila, ditemukan tergeletak tak bernyawa di salah satu tanah kosong Jalan Raden Intan, Jumat sore. Mereka diduga bunuh diri dengan minum sebotol minuman merek Fruitea bercampur potas. Barang bukti itu ditemukan petugas Polsekta Blimbing dan Satreskrim Polres Malang Kota yang datang ke lokasi. (agp/avi)
Analisis:
-          Korban melakukan bunuh diri karena keinginannya untuk rujuk kembali dengan mantan istrinya tidak tercapai.
-          Karena keinginannya yang tidak tercapai sehingga dia frustasi.
-          Karene kefrustasianya tersebut, menyebabkan fungsi kognitifnnya terganggu.
-          Sehingga timbullah reaksi tindakan negatif dalam bentuk agresi dan dia sudah tidak memikirkan harga dirinya lagi.
-          Bentuk tindakan agresinya adalah dengan melakukan tindakan sadistik terhadap dirinya sendiri dengan cara menenggak racun (potas) bahkan dengan mengajak anaknya yang masih berusia lima tahun.
4.   Frustasi, Ibu Muda Ditemukan Tewas Gantung Diri
BANYUMAS, suaramerdeka.com - Diduga terbelit masalah keluarga, Tri Fatmawati (25) warga Grumbul Kaligesur Rt 08 RW 03, Desa Tinggarjaya Kecamatan Jatilawang ditemukan tewas gantung diri di rumahnya, Kamis (28/2).
Korban ditemukan tergantung di depan dipan dengan menggunakan tali bedong bayi di kamar tidurnya, sekitar pukul 08.00. Aksi nekat korban tersebut diduga dilakukan saat ibu korban, Khotini (60) sedang mencuci di kamar mandi.
Usai mencuci, Khotini kemudian memanggil korban. Karena tak kunjung mendapatkan jawaban dan mendapati pintu kamar terkunci, Khotini akhirnya mendobrak pintu. Melihat anaknya dalam kondisi tergantung, Khotinipun berteriak histeris. Tetanggapun akhirnya berdatangan.
Personel TNI dari Korami 21/Jatilawang yang juga Babinsa Desa Tinggarjaya, Sartam mengatakan, korban sempat akan dievakuasi oleh pihak keluarga. Pasalnya ibunya yakin, korban masih bisa diselamatkan. "Namun ternyata korban telah dalam kondisi meninggal dunia," jelasnya.
Mendapati laporan dari warga, jajaran Muspika Jatilawang langsung datang ke lokasi kejadian bersama tim medis dari Puskesmas Jatilawang.
Dari pemeriksaan medis yang dilakukan petugas tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan dan korban meninggal murni karena gantung diri. Oleh keluarga, kerabat dan tetangga, Kamis (28/2) siang, korban dimakamkan di TPU desa setempat.
Mengutip keterangan dari pihak keluarga dan tetangga, Sartam menuturkan, korban tewas diketahui mempunyai suami yang berasal dari Jakarta. Pernikahan antar keduanyapun baru dilakukan secara hukum agama. Korban diketahui berada di Jakarta sampai hamil lima bulan.
Mendengar anaknya hamil, orang tua korban akhirnya menyusul ke Jakarta dan mengajak korban kembali ke Jatilawang sampai melahirkan. Saat anak korban sampai berumur 2,5 bulan, korban diketahui akan menyusul suami ke Jakarta, tetapi dari pihak keluarga melarangnya.
"Korban memang sudah diketahui tiga kali akan kabur ke Jakarta, tetapi gagal karena ketahuan oleh keluarga. Mungkin karena kesal dan frustasi, akhirnya korban melakukan aksi nekat ini. Selama ini korban dikenal sehat," jelas Sartam.
Analisis:
-          Korban melakukan bunuh diri karena keinginannya untuk pergi ke jakarta guna menyusul suaminya tidak tercapai.
-          Karena keinginannya yang tidak tercapai sehingga dia frustasi.
-          Karene kefrustasianya tersebut, menyebabkan fungsi kognitifnnya terganggu.
-          Sehingga timbullah reaksi tindakan negatif dalam bentuk agresi dan dia sudah tidak memikirkan harga dirinya lagi.
-          Bentuk tindakan agresinya adalah dengan melakukan tindakan sadistik terhadap dirinya sendiri dengan cara menggantung diri, yang mengakibatkan kematian.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda