Frustasi, Stress, Dan Penyesuaian Diri
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sepanjang masa perkembangan
dari lahir hingga dewasa, kebutuhan-kebutuhan seseorang tidak selalu dapat
terpenuhi dengan lancar.Seringkali terjadi hambatan dalam pemuasan suatu
kebutuhan, motif dan keinginan.Keadaan terhambat dalam mencapai tujuan
dinamakan frustasi. Keadaan frustasi yang berlangsung terlalu lama dan tidak
dapat diatasi oleh seseorang akan menimbulkan stres. Stres adalah suatu keadaan
dimana beban yang dirasakan seseorang tidak sepadan dengan kemampuan untuk
mengatasi beban itu.
Seseorang dapat melakukan
bermacam-macam cara penyesuaian diri untuk mengatasi berbagai macam stres. Tiap
orang mempunyai cara-cara penyesuaian diri yang khusus, yang tergantung dari
kemampuan-kemampuan yang dimilki, pengaruh-pengaruh lingkungan, pendidikan dan
bagaimana ia mengembangkan dirinya. Dalam menghadapi stres, seseorang dapat
mengadakan penyesuaian diri secara efektif, yaitu mengarahkan tindakannya pada
sasaran tertentu untuk mengatasi sebab-sebab stres.
Tindakan yang diambil orang
yang mengalami stres kemungkinan hanya berfungsi melindungi diri terhadap
kemungkinan disorganisasi.Tindakan-tindakan ini merupakan tingkah laku yang
sifatnya defensif. Reaksi defensif tidak
diarahkan pada sumber stres sehingga menghabiskan energy secara tidak efisien.
Reaksi defensif juga tidak objektif tetapi subjektif dan emosional (tidak
rasional).Reaksi defensif terjadi secara otomatis atau tidak disadari.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pengertian frustasi dan kompenen-kompenen apa saja yang di
dalamnya?
2.
Mengapa orang bisa mengalami stres dan bagaimana gejala orang yang
mengalami stres ?
3.
Bagaimana kaitan penyesuaian diri terhadap stress dan frustasi ?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian frustasi dan kompenen-kompenen apa saja yang
terdapat dalam stress.
2.
Untuk mengetahui penyebab stress dan bagaiman gejala orang yang
mengalami stress.
3.
Untuk mengetahui kaitan penyesuaian diri terhadap stress dan frustasi.
BAB II
ISI
A.
Frustasi
Frustrasidari
bahasa Latinfrustratio,
yaitu perasaan kecewa
atau jengkel
akibat terhalang dalam pencapaian tujuan.
Frustasi dapat diartikan juga sebagai keadaan terhambat dalam mencapai suatu
tujuan (Markam,2003). Frustasi merupakan suatu keadaan ketegangan yang tak
menyenangkan, dipenuhi perasaan dan aktivitas simpatetis yang semakin meninggi
yang disebabkan oleh rintangan dan hambatan.Frustrasi
dapat berasal dari dalam (internal) atau dari luar diri (eksternal) seseorang
yang mengalaminya. Sumber yang berasal dari dalam termasuk kekurangan diri
sendiri seperti kurangnya rasa percaya diri
atau ketakutan pada situasi sosial
yang menghalangi pencapaian tujuan. Konflik
juga dapat menjadi sumber internal dari frustrasi saat seseorang mempunyai
beberapa tujuan yang saling berinterferensi satu sama lain. Penyebab eksternal
dari frustrasi mencakup kondisi-kondisi di luar diri seperti jalan yang macet,
tidak punya uang, atau tidak kunjung mendapatkan jodoh. Dalam hal hambatan, ada beberapa macam hambatan yang
biasanya dihadapi oleh individu seperti :
-
Hambatan fisik : kemiskinan, kekurangan gizi, bencana alam dan
sebagainya.
-
Hambatan social : kondisi perekonomian yang tidak bagus, persaingan
hidup yang keras, perubahan tidak pasti berbagai aspek kehidupan.
-
Hambatan pribadi : keterbatasan-keterbatasan pribadi individu dalam
bentuk cacat fisik atau penampilan fisik yang kurang menarik bisa menjadi
pemicu frustasi dan stres pada individu.
Seorang psikolog biasanya
menggunakan istilah ini untuk :
1.
Mengetahui keadaan yang timbul apabila terdapat halangan dalam usaha
untuk memenuhi keinginan, kebutuhan tujuan, harapan atau tindakan tertentu.
2.
Menyebut hambatan atau halangan itu sendiri.
Keinginan, kebutuhan,
tujuan, harapan dan tindakan tiap orang berbeda-beda.Hal-hal tertentu mungkin
membuat orang lai tidak demikian.Salah satu sebab yang membuat orang frustasi
adalah rintangn fisik, pribadi dan sosial.Frustasi ini juga bisa menimbulkan
dua kelompok diantaranya bisa menimbulkan situasi yang menguntungkan (positif)
dan sebaliknya juga mengakibatkan timbulnya situasi yang destruktif merusak (negatif).Frustasi
dengan demikian bisa memunculkan reaksi frustasi tertentu yang sifatnya bisa
negatif dan positif.
Ø
Reaksi-reaksi Frustasi yang sifatnya Positif
1.
Mobilitas dan penambahan aktifitas
Misalnya karena mendapat rintangan dalam usahanya,
maka terjadilah pemanggilan rangsangan untuk memperbesar energy, potensi, kapasitas,
sarana, keuletan dan keberanian untuk mengatasi semua kesulitan.Frustasi
tersebut dengan demikian menjadi stimulus untuk memobilisir segenap energy dan
tenaga hingga mampu menmbus setiap rintangan.
2.
Besinnung (berfikir secara mendalam disertai wawasan jernih)
Setiap frustasi memang memberikan masalah, maka dari
itu kejadian ini memaksa orang untuk melihat realitas dengan mengambil satu
jarak untuk berfikir lebih objektif dan lebih mendalam agar dapat mencari jalan
atau alternative penyelesaian lain.
3.
Regignation (tawakal, pasrah pada Tuhan)
Menerima situasi dan kesulitan yang dihadapi dengan
sikap yang rasional dan sikap ilmiah.Semua ini dilakukan jika kita mulai
belajar menggunakan pola yang positif dalam menanggulangi setiap kesulitan
sejak berusia masih sangat muda.
4.
Membuat dinamika nyata suatu kebutuhan
Kebutuhan-kebutuhan bisa mengalami lenyap dengan
sendirinya, karena sudah tidak diperlukan oleh seseorang dan sudah tidak sesuai
lagi dengan kecenderungan serta aspirasi pribadi.
5.
Kompensasi atau subtitusi dari tujuan
Kompensasi adalah usaha untuk mengimbangi kegagalan
dan kekalahan dalam satu bidang, tapi sukses dan menang di bidang lainnya.Dan
semua itu adalah jalan untuk menghidupkan spirit perjuangan yang agresif dan
tidak mengenal rasa menyerah.
6.
Sublimasi
Yaitu usaha untuk mengganti keceYaitu usaha untuk
mengganti kecenderungan egoistic, nafsu seks animalistic, dorongan-dorongan
biologis primitive dan aspirasi sosial yang tidak sehat dalam bentuk tingkah
laku terpuji yang bisa diterima di masyarakat.
Ø
Reaksi-reaksi Frustasi yang sifatnya Negatif
1.
Agresi
Yaitu kemarahan yang meluap-luap dan mengadakan
penyerangan kasar karena seseorang mengalami kegagalan.Biasanya ada pula
tindakan sadistic dan membunuh orang.Agresi ini sangat mengganggu fungsi
intelegensi sehingga harga dirinya merosot.
2.
Regresi
Yaitu kembalinya individu pada pola-pola primitive dan
kekanak-kanakan.Tingkah laku tersebut didorong oleh adanya rasa dongkol, kecewa
ataupun tidak mampu memecahkan masalah.Tingkah laku di atas adalah ekspresi
rasa menyerah, kalah, putus asa dan mental yang lemah.
3.
Fixatie
Merupakan suatu respon individu yang selalu melakukan
sesuatu yang bentuknya stereotype, yaitu selalu memakai cara yang sama. Semua
itu dilakukan sebagai alat pencapaian tujuan, menyalurkan kedongkolan ataupun
alat balas dendam.
4.
Pendesakan dan komplek-komplek terdesak
Pendesakan adalah usaha untuk menghilangkan atau
menekankan ketidak sadaran beberapa kebutuhan, pikiran-pikiran yang jahat,
nafsu-nafsu dan perasaan yang negatif.Karena didesak oleh keadaan yang tidak
sadar maka terjadilah komplek-komplek terdesak yang sering mengganggu
ketenangan batin yang berupa mimpi-mimpi yang menakutkan, halusinasi, delusi,
ilusi, salah baca, dll.
5.
Rasionalisme
Adalah cara untuk menolong diri secara tidak wajar
atau taktik pembenaran diri dengan jalan membuat sesuatu yang tidak
rasionaldengan tidak menyenangkan.
6.
Proyeksi
Proyeksi adalah usaha melemparkan atau memproyeksikan
kelemahan sikap-sikap diri yang negatif pada orang lain.
7.
Tehnik anggur masam
Usaha memberikan atribut yang jelek atau negatif pada
tujuan yang tidak bisa dicapainya.
8.
Tehnik jeruk manis
Adalah usaha memberikan atribut-atribut yang bagus dan
unggul pada semua kegagalan, kelemahan dan kekurangan sendiri.
9.
Identifikasi
Adalah usaha menyamakan diri sendiri dengan orang
lain. Semua itu bertujuan untuk memberikan keputusan semu pada dirinya.
10. Narsisme
Adalah perasaan superior, merasa dirinya penting dan
disertai dengan cinta diti yang patologis dan berlebih-lebihan.Orang ini sangat
egoistis dan tidak pernah peduli dengan dunia luar.
11. Autisme
Ialah gejala menutup diri secara total dari dunia
nyata dan tidak mau berkomunikasi lagi dengan dunia luar yang dianggap kotor
dan jahat, penuh kepalsuan dan mengandung bahaya yang mengerikan. Maka bila
tingkah laku yang demikian dijadikan pola kebiasaan akan mengakibatkan
bertumpuknya kesulitan hidup, makin bertambah konflik-konflik batin yang kronis
lalu terjadilah disintregasi kepribadian.
B.
Stres
Stres adalah bentuk ketegangan dari
fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja
keseharian seseorang. Bahkan stres dapat membuat produktivitas menurun, rasa
sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stres adalah sebuah bentuk
ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stres disebut dengan stresor dan
ketegangan yang di akibatkan karena stres, disebut strain.
Menurut
Robbins (2001) stres juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan
keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai
kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stres
dikaitkan dengan penelitian ini maka stres itu sendiri adalah suatu kondisi
yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan
dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan
kerja mereka.
Menurut
Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif,
apresiasi stres menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan
dihayati sebagai suatu stres berdasarkan arti atau interprestasi yang kita
berikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan karena peristiwa itu
sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stres adalah suatu persepsi dari ancaman atau
dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan
atau mambuat aktif organisme.
Sedangkan
menurut Handoko (1997), stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi
emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stres yang terlalu besar dapat
mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Sedangkan berdasarkan definisi kerja
stres, stres dapat diartikan sebagai:
·
Suatu
tanggapan adaptif, ditengahi oleh perbedaan individual dan atau proses
psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari setiap kegiatan (lingkungan), situasi atau
kejadian eksternal yang membebani tuntunan psikologis atau fisik yang
berlebihan terhadap seseorang.
·
Sebagai
suatu tanggapan penyesuaian, dipengaruhi oleh perbedaan individu dan atau
proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari
luar ( lingkungan ) situasi atau peristiwa yang menetapkan permintaan
psikologis dan atau fisik berlebihan pada seseorang.
Menurut
Mason (1971 ) membantah konsep yang mengatakan bahwa stres hanyalah merupakan
badaniah saja. Ditunjukkkannya bahwa daya adaptasi seseoarang itu tergantung
pada faktor-faktor kejiwaan atau psikologiknya yang menyertai stresor. Stres
bukanlah konsep faal saja, lebih banyak dilihat sebagai konsep perilaku, setiap
reaksi organisme terhadap stresor memungkinkan sekali terlebih dahulu dimulai
oleh kelainan perilaku dan kemudian mungkin baru terjadi akibat faal, kemudian
Mason (1976 ) menunjukkan bahwa terdapat pola hormonal yang berbeda terhadap
stresor fisik yang berbeda.
Pada
penelitain Wolf dan Goodel ( 1968 ) bahwa individu-individu yang mengalami
kesukaran dengan suatu sistem organ, cenderung akan bereaksi etrhadap stresor
dengan gejala dan keluhan dalam sistem organ yang sama.Kondisi sosial, perasaan
dan kemampuan untuk menanggulangi masalah, ternyata mempengaruhi juga aspek
yang berbeda-beda dari reaksi terhadap stres.
Menurut
Selye (Bell, 1996) stres diawali dengan reaksi waspada (alarm reaction)
terhadap adanya ancaman, yang ditandai oleh proses tubuh secara otomatis,
seperti: meningkatnya denyut jantung, yang kemudian diikuti dengan reaksi
penolakan terhadap stresor dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga
(exhaustion) jika individu merasa tidak mampu untuk terus bertahan.
Lazarus (1984) menjelaskan bahwa stres
juga dapat diartikan sebagai:
·
Stimulus,
yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stres
atau disebut juga dengan stresor.
·
Respon,
yaitu stres merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena
adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat secara
psikologis, seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.
·
Proses, yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara
aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah laku, kognisi
maupun afeksi.
Jadi, stres
dapat mempengaruhi fisik, psikis mental dan emosi. Tetapi, stres dapat
mempunyai dua efek yang berbeda, bisa negatif ataupun positit, tergantung
bagaimana kuatnya individu tersebut menghadapi stres atau bagaimana individu
tersebut mempersepsikan stres yang sedang dihadapinya.
Gejala-gejala orang yang
mengalami stres :
-
Menjadi mudah tersinggung dan marah terhadap teman, keluarga dan kolega.
-
Bertindak secara agresif dan defensif
-
Merasa selalu lelah
-
Sukar konsentrasi atau menjadi pelupa
-
Palpitasi atau jantung berdebar-debar
-
Otot-otot tegang
-
Sakit kepala, perut dan diare.
Stres bersumber dari frustasi dan konflik yang dialami individu yang dapat
berasal dari berbagai bidang kehidupan manusia.Konflik antara dua atau lebih
kebutuhan atau keinginan yang ingin dicapai, yang terjadi secara berbenturan
juga bisa menjadi penyebab timbulnya stres.
Ada beberapa macam strategi dalam menghadapi stres, yaitu :
ü
Strategi stres
dalam perilaku
Strategi menghadapi stres
dalam perilaku antara lain meliputi :
1.
Memecahkan
persoalan secara tenang
Yaitu mengevaluasi kekecewaan
atau stres dengan cermat kemudian menentukan langkah yang tepat untuk diambil,
setelah itu mereka mempersiapkan segala upaya dan daya serta menurunkan
kemungkinan berbahaya.
2.
Agresi
Stres sering berpuncak pada
kemarahan atau agresi.Sebenarnya agresi jarang terjadi namun apabila terjadi
hal itu hanyalah berupa respon penyesuaian diri. Contohnya adalah mencari
kambing hitam, menyalahkan pihak lain dan kemudian melampiaskan agresinya
kepada sasaran itu.
3.
Regresi
Yaitu kondisi ketika seseorang
menghadapi stres kembali lagi pada perilaku yang mundur atau kembali ke masa
yang lebih muda (memberikan respons seperti orang dengan usia yang lebih muda).
Menurut penelitian klasik yang dilakukan Roger, Tamara Dembo, dan Kuret Lewin
memperlihatkan bahwa regresi adalah respon umum bila menghadapi frustasi.
4.
Menarik diri
Merupakan respon yang paling
umum dalam mengambil sikap.Bila seseorang menarik diri maka dia memilih untuk
tidak mengambil tindakan apapun.Respon ini biasanya disertai dengan depresi dan
sikap apatis.
5.
Mengelak
Seorang yang mengalami stres
terlalu lama, kuat dan terus menerus maka ia akan cenderung mengelak. Contoh
mengelak adalah mereka melakukan perilaku tertentu secara berulang-ulang.Hal ini
sebagai pengelakan diri dari masalah demi mengalahkan perhatian.Dalam usaha
mengelakkan diri, orang Amerika biasanya menggunakan alcohol, obat penenang,
heroin dan obat-obatan dari bahan kimia lainnya.
ü
Strategi
mengatasi stres secara kognitif
Strategi mengatasi stres
secara kognitif antara lain :
1.
Represi
Adalah upaya seseorang untuk
menyingkirkan frustasi, stres, dan semua yang menimbulkan kecemasan.
2.
Menyangkal
kenyataan
Menyangkal kenyataan
mengandung unsur penipuan diri. Bila seseorang menyangkal kenyataan maka ia
menganggap tidak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan dengan maksud untuk
melindungi dirinya sendiri.
3.
Fantasi
Dengan berfantasi orang sering
merasa dirinya mencapai tujuan dan dapat menghindarkan dari frustasi dan stres.Orang
yang sering melamun kadang-kadang menemukan bahwa kreasi lamunannya itu lebih
menarik daripada kemyataan yang sesungguhnya. Bila fantasi dilakukan secara
sedang-sedang dan dalam kendalian kesadaran yang baik, maka frustasi menjadi
cara yang sehat untuk mengetasi stres.
4.
Rasionalisasi
Rasionalisasi ini dimaksudkan
segala usaha seseorang untuk mencari alasan yang dapat diterima secara social
untuk membenarkan atau mnyembunyikan perilakunya yang buruk.Rasionalisasi juga
bisa muncul ketika seseorang menipu dirinya sendiri dengan berpura-pura
menganggapnya buruk adalah baik atau sebaliknya.
5.
Intelektulisasi
Seseorang yang menggunakan
taktik ini maka yang menjadi masalah akan dipelajari atau mencari tahu tujuan
sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat dengan persoalan secara emosional.
Dengan intelektualisasi seseorang setidaknya dapat sedikit mengurangi hal-hal
yang pengaruhnya tidak menyenangkan bagi dirinya dan memberikan kesempatan pada
dirinya untuk meninjau permasalahan secara subjektif.
6.
Pembentukan
reaksi
Seseorang dikatakan berhasil
menggunakan metode ini apabila dia berusaha menyembunyikan motif dan perasaan
sesungguhnya baik represi atau supresi dan menampilkan wajah yang berlawanan
dengan kenyataan yang dihadapi.
7.
Proyeksi
Seseorang yang menggunakan
tehnik ini biasanya sangat cepat dalam memperlihatkan ciri pribadi orang lain
yang tidak disukai dengan sesuatu yang ia perhatikan itu akan
diperbesar-besarkannya lagi. Tehnik ini mungkin dapat digunakan untuk
mengurangi kecemasan karena dia harus menghadapi kenyataan akan keburukan
dirinya.
ü
Determinan
strategi mengatasi stres
Menurut penelitian di
laboratorium menunjukkan bahwa menggunakan tehnik untuk mengatasi stres
tertentu dapat ditingkatkan atau dikurangi dengan cara memberi penguatan atau
hubungan. Adanya tantangan, fantasi ketidak puasan dan dukungan orang tua dalam
menghadapi anak stres secara pasti akan sangat berhubungan erat dengan
ketakutan anak ini mengatasi stres dikemudian hari. Psikolog Keister dan Rutn
Updegras memperlihatkan bahwa anak-anak dapat secara aktif untuk mengatasi stres
secra konstruktif. Mereka membuat program untuk anak dan remaja yang bereaksi
terhadap frustasi karena kegagalan dengan cara menangis, menyerah, bergantung
kepada orang lain dan berperilaku agresif. Pada anak seperti ini diberikan
serangkaian tantangan yang diawali dengan paling mudah kemudian perlahan-lahan
meningkat pada yang lebih sulit.
Gaya seseorang menyelesaikan
masalah tergantung pada kebiasaan standar kebudayaan dimana dia
dibesarkan.Tingkatan kognitif juga mempengaruhi strategi seseorang untuk
mengatasi stres.
C.
Penyesuaian Diri
Selama masa remaja orang
mengalami banyak tantangan.Para remaja biasanya dihadapkan pada berbagai
perubahan yang cepat dalam hal berat badan dan perubahan bentuk tubuh,
kematangan seksual, kemampuan kognitif yang baru serta berbagai tuntutan dan
harapan dari keluarga, teman-teman serta masyarakat.Senada dengan itu,
lingkungan menuntut serta mengharapkan yang berbeda pada remaja tersebut.Para
remaja tersebut diharapkan dapat menunjukkan identitas diri dan harus dapat
membentuk identitas diri.
Menurut Erikson pada setiap
tahapan hidup orang terdapat empat krisis yang timbul selama masa remaja dan
masa dewasa. Empat tahapan tersebut adalah :
1.
Identitas versus kekaburan peran
2.
Keintiman versus keterasingan
3.
Generativitas (keterlibatan dengan dunia dan generasi penerus) versus
kepentingan diri sendiri, dan
4.
Integritas (menerima kehidupan) versus keputusasaan.
Pada awalnya perkembangan
anaka laki-laki cenderung memperlihatkan perilaku yang menimbulkan kesulitan di
sekolah dan di rumah dibandingkan dengan anak perempuan. Tetapi menjelang remaja,
anak perempuan akan lebih banyak menghadapi kesulitan yang berhubungan dengan
kematangan seksual. Dalam hal ini maka anak perempuan cenderung lebih cepat
melakukan penyesuaian diri dibandingkan dengan laki-laki.
Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Diana Baumrind dan glen Elder bahwa pengaruh orang tua mempunyai
hubungan dengan strategi penyesuaian diri selama remaja, terutama pada remaja
laki-laki. Orang tua yang otoritatif, biasanya akan mengajak anak-anaknya
terlibat langsung dalam hal memecahkan masalah dalam keluarga. Tujuan orang tua
mengajak langsung anak-anaknya dalam menyelesaikan masalah keluarga adalah agar
anak-anak diberi kesempatan untuk mengalami setiap kejadian apapun secara
bertahap dibawah orang tua, serta anak-anak diberi kesempatan untuk mulai
bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Anak yang berasal dari keluarga ini
biasanya pada masa remajanya akan memperlihatkatkan rasa percaya diri yang
cukup besar, bebas dan menghargai dirinya sendiri, serta dapat berkomunikasi
dengan anggota keluarga.
Sementara orang tua yang
Ototarian lebih mementingkan hukuman, memaksakan taktik tertentu bila sedang
terjadi suatu konflik yang sedang menimpa anaknya.Mereka mengutamakan kepatuhan
total. Dipihak lain juga ekstrem adalah orang tua yang Laissez faire (segala
perbuatan anaknya dibenarkan, jarang memberika tanggung jawab pada anak).
Remaja yang berasal dari keluraga semacam ini biasanya akan sulit untuk
menyesuaikan diri. Pada masa remaja pengaruh teman sebaya sangat kuat, yang
mana pengaruh ini dapat mengalahkan pengaruh orang tua, meskipun orang tua
telah bersikap mengerti dan menerima serta menolong seluruh angora keluarga.
Secara berturut-turut,
langkah yang dilakukan untuk penyesuaian diri terhadap stresadalah :
1.
Menilai situasi stres, yaitu menggolongkan jenis stres (kategorisasi)
dan memperkirakan bahaya yang berkaitan dengan stres itu.
2.
Merumuskan alternatif tindakan yang dapat dilakukan dan menentukan
tindakan yang paling mungkin untuk dilakukan
3.
Melaksanakan tindakan adalah langkah yang paling sungkar.
4.
Melihat feedback. Kalau langkah-langkah pertama berhasil maka
diteruskan, kalau tidak segera lakukan alternatif lain.
4 Komentar:
mana SUMBERNYa?.........
Thanks infonya menarik banget. Oiya saya juga nemuin nih artikel keren yang nge bahas tentang cara mudah untuk mengatasi stres saat di kantor. Cek di sini ya man teman: Cara ampuh atasi stres di tempat kerja
Si;ahkan di lihat https://www.cekaja.com/info/daftar-kartu-kredit-terbaik-tanpa-iuran-tahunan-yuk-cek
sumbernya diambil dari mana ya kak?
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda